GenPI.co - Ketika aplikasi Facebook down selama 6 jam di hari Senin (4/10), garis hidup para penyintas Afghanistan yang bertumpu padanya untuk keperluan komunikasi, seolah terputus.
Salah satu penyintas itu adalah Mohammad Hamid - bukan nama yang sebenarnya - yang tengah terjebak di sebuah rumah persembunyian di Afghanistan bersama keluarganya.
Menjadi orang yang berisiko tinggi diburu Taliban lantaran terkait dengan pemerintahan sebelumnya, Hamid dan dan 9 keluarga lainnya menunggu instruksi evakuasi dengan mengandalkan komunikasi melalui aplikasi tersebut
“Saat ini saya terjebak di sebuah ruangan tanpa sarana komunikasi selain panggilan telepon biasa yang tidak selalu berhasil,” kata Hamid kepada The National melalui saluran telepon yang tidak stabil selama Facebook down.
Dia mengatakan bahwa mereka yang berada di rumah persembunyian itu seharusnya dievakuasi pada hari Senin.
“Tetapi karena Facebook down dan WhatsApp terputus, kami tidak memiliki cara untuk menjangkau orang-orang di luar negeri yang membantu kami pergi," tambahnya.
Sebagai seorang pejabat senior pemerintah Afghanistan, hidup Hamid adalah dalam bahaya saat Taliban menguasai Afghanistan pada bulan Agustus.
Dia mengaku mendapatkan ancaman selama berbulan-bulan dan mulai meningkat ketika Taliban mulai menginvasi wilayah Afghanistan satu persatu.
"Ketika mereka memasuki Kabul, saya tahu mereka akan datang untuk saya. Jadi Saya bersembunyi," kata Hamid.
Hamid juga menjadi salah satu yang berkumpul di Bandara Taliban ketika proses evakuasi oleh tentara AS dan sekutunya.
Dia harus menunggu tanpa makanan dan air dan hanya bermodalkan dokumen yang diperlukan untuk keluar dari negara itu. Sayangnya, Hamid dan ribuan orang lain gagal diangkut.
Harapan muncul ketika organisasi di AS dan beberapa temannya diberi kesempatan untuk pergi dari negara itu melalui jalur udara yang langka.
Namun gangguan terhadap Facebook dan layanan WhatsApp memutuskan komunikasi antara warga Afghanistan yang rentan dan mereka yang mengoordinasikan pelarian mereka.
“Kami mengoordinasikan logistik dan detail keamanan dengan organisasi yang berbasis di AS melalui WhatsApp,” ceritanya.
Dia mengatakan, bahwa melalui aplikasi tersebut mereka diberitahu mengenai pin lokasi serta titik penjemputan untuk penerbangan evakuasi.
“Saya sudah refresh aplikasi sepanjang malam, masih tidak berfungsi,” tambahnya dengan nada khawatir.
“Mereka menginstruksikan kami tentang cara mendekati bandara, rute mana yang harus diambil, dan bagaimana menghindari pos pemeriksaan Taliban, tetapi kami tidak mendengar apa-apa," tambahnya.
Dengan ketiadaan infrastruktur telekomunikasi yang terjangkau, layanan pesan online seperti Facebook dan WhatsApp menjadi semakin populer di Afghanistan.
Facebook sendiri memiliki lebih dari 4.447.200 pengguna Afghanistan pada Januari. Meskipun tidak data pasti jumlah pengguna WhatsApp, aplikasi tersebut menjadi sarana komunikasi yang banyak disukai warga Afghanistan.(thenationalnews)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News