Setelah Ulama Tewas Dipukuli, Cendekiawan Bakal Dieksekusi

13 November 2021 14:45

GenPI.co - Dunia Islam tengah diuji. Ulama tewas dipukuli secara brutal di penjara Arab Saudi. Dan sekarang, giliran cendekiawan muslim dieksekusi.

Beberapa waktu lalu, dunia Islam dibuat geger oleh tewasnya ulama bernama  Musa al-Qarni.

Qarni disebut meninggal dunia pada 12 Oktober 2021 waktu Arab Saudi,

BACA JUGA:  Dahsyatnya Amukan Arab Saudi, 130 Pemberontak Yaman Tewas

Mengutip Middle East Eye, ALQST melaporkan bahwa Qarni dipukuli di sekitar kepala dan wajah dengan benda tajam.

Ini diklaim menimbulkan banyak luka, termasuk patah tulang tengkorak, yang akhirnya menyebabkan kematiannya.

BACA JUGA:  Catat! Ini Vaksin Rekomendasi Arab Saudi untuk Calon Jemaah Umrah

Laporan tersebut mengutip saksi mata yang melihat Qarni dipukuli saat dipenjara.

Saat berita Qaeni masih hangat diperbincangkan, giliran Hassan Al-Maliki yang terancam dieksekusi mati.

BACA JUGA:  Sadis! Ulama Dipukuli hingga Tewas di Penjara

Hassan Al-Maliki adalah cendekiawan dan ulama muslim ternama. Dia telah berada di balik jeruji besi sejak 2017.

Ayah dari sembilan anak ini kerap menyerukan reformasi politik ke masyarakat Arab Saudi.

Dan saat ini, Hassan sedang diadili di pengadilan Pidana Khusus Arab Saudi dalam kasus yang sidangnya telah ditunda 12 kali.

Pandangan Hassan Al-Maliki digambarkan sebagai Quranist, moderat, toleran, dan salah satu penentang ideologi takfirisme.

Ini yang membuat vonisnya terbilang sangat berat. Dan kerajaan Arab Saudi terkesan tak ingin meringankan vonis terhadap Hassan.

Dunia barat sudah sangat vokal dengan rencana eksekusi mati cendekiawan muslim ini.

Inggris misalnya. Parlemen Negeri Ratu Elizabeth sudah menekan pemerintahnya untuk mendesak Riyadh menghentikan eksekusi tersebut.

Setidaknya, 16 anggota parlemen menandatangani surat yang menuntut Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mendesak Arab Saudi untuk membatalkan eksekusi mati terhadap Hassan.

Mereka ingin memastikan bahwa jaksa penuntut umum di Arab Saudi membatalkan dakwaan dan al-Maliki dan menghapus tuduhan kepemilikan buku terlarang di perpustakaannya.

“Kami sangat prihatin bahwa seorang intelektual publik Saudi menghadapi kemungkinan eksekusi untuk kejahatan pemikiran,” bunyi surat yang ditandatangani oleh belasan anggota parlemen tersebut.

Eksekusi terhadap Hassan dianggap akan menandai langkah mundur besar dalam lintasan positif reformasi Arab Saudi

“Oleh karena itu, kami meminta Anda membuat pernyataan di Arab Saudi untuk memastikan bahwa tuduhan terhadap Hassan dibatalkan. Seorang sarjana dan sejarawan Saudi tidak boleh dieksekusi karena isi perpustakaannya," lanjut surat tersebut, seperti dikutip dari The Independent, Sabtu (13/11/2021).

Kelompok hak asasi manusia (HAM) Inggris, Reprieve, juga ikut membela Hassan.

Reprieve sangat kritis saat mengetahui Hassan ditahan tanpa diberi akses komunikasi dan di sel isolasi selama tiga bulan.

Anggota parlemen dari Partai Buruh Andy Slaughter juga bersikap vokal.

Namanya juga ada di daftar penandatangan surat keberatan ke Arab Saudi.

Dia mengatakan kepada The Independent bahwa perlakuan terhadap Al-Maliki sama sekali tidak sesuai dengan reformasi yang dianut oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

“Pemerintah Inggris harus membela kebebasan berekspresi dan membuat pernyataan mendesak untuk memastikan bahwa tuduhan palsu ini dibatalkan," katanya.

Arab Saudi telah berulang kali membantah ada tahanan politik di balik jeruji besi dan menggembar-gemborkan dorongannya untuk reformasi peradilan.

Itu termasuk dekrit untuk menghentikan eksekusi anak di bawah umur.

The Independent menghubungi Kedutaan Arab Saudi di London untuk memberikan komentar tetapi belum menerima jawaban.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Agus Purwanto

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co