GenPI.co - Negosiator Eropa pada hari Selasa (30/11) mengatakan mereka akan menilai keseriusan posisi Iran selama beberapa hari ke depan.
Hal ini untuk memutuskan apakah akan melanjutkan pembicaraan tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 yang baru-baru ini dilanjutkan.
“Tanpa ingin menetapkan tenggat waktu yang dibuat-buat, kami tidak memiliki kemewahan untuk menghabiskan waktu dengan basa-basi,” salah satu diplomat Eropa pada pembicaraan itu mengatakan, yang menolak disebutkan namanya.
Diplomat dari negara-negara E3 Inggris, Prancis dan Jerman menegaskan bahwa 48 jam ke depan akan sangat penting
Setelah pertemuan resmi Senin (29/11), kelompok ahli mulai bekerja pada hari Selasa pada isu sensitif sanksi AS, sebelum menangani komitmen nuklir Teheran pada hari Rabu.
Sementara ketua pembicaraan Uni Eropa, Enrique Mora, mengatakan dia optimis pada akhir sesi pelantikan, para diplomat lebih terukur.
"Kami tidak menarik napas lega atau menangis bencana,” kata salah satu dari mereka.
Para diplomat mengatakan mereka berharap untuk memiliki gambaran yang lebih jelas pada akhir minggu, mengacu pada kemungkinan "kerusakan" dalam negosiasi jika tidak ada kemajuan.
"Ini akan menjadi waktu untuk mempertimbangkan kembali pendekatan diplomatik kami, tetapi kami belum sampai di sana," katanya.
Perjanjian 2015, yang dikenal dengan akronim JCPOA, menawarkan kepada Teheran pencabutan beberapa sanksi yang melumpuhkan ekonominya.
Sebagai imbalannya Iran harus melakukan pengurangan drastis dalam program nuklirnya, yang akan ditempatkan di bawah kendali ketat PBB.
Tetapi Amerika Serikat meninggalkan pakta itu pada tahun 2018 di bawah presiden saat itu Donald Trump dan menerapkan kembali tindakan hukuman.
Iran kemudian membalas dengan secara bertahap meninggalkan komitmennya.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden, yang ingin kembali ke kesepakatan, secara tidak langsung terlibat dalam pembicaraan ini.
Negosiasi itu dimulai pada bulan April sebelum terhenti pada bulan Juni dengan berkuasanya Presiden ultrakonservatif Ebrahim Raisi di Iran.
“Dalam putaran pembicaraan ini,"kami memiliki 70 persen hingga 80 persen dari pekerjaan yang dilakukan, tetapi beberapa masalah yang paling sulit adalah apa yang tersisa," kata para diplomat.
Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid pada hari Selasa mendesak Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk memperkuat sanksi terhadap musuh bebuyutanya, Iran.
"Sanksi terhadap Iran tidak boleh dicabut. Itu harus diperkuat. Ancaman militer yang kredibel harus dilakukan terhadap Iran," katanya dalam sebuah pernyataan setelah bertemu dengan Macron.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News