Ramalan 2022, Indonesia dan Malaysia Bakal Bahagia Tingkat Dewa

03 Desember 2021 13:00

GenPI.co - Ramalan 2022 diprediksi bakal bikin Indonesia dan Malaysia bahagia tingkat dewa. Ada analisis kuat yang mendasari prediksi di 2022. 

CEO Oil World Thomas Milke memprediksi, produksi CPO Indonesia mengalami peningkatan sebesar 1,7 - 1,9 juta ton di tahun 2022.

Akan tetapi, menurut Milke, produksi tersebut tidak mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2018. Dengan kata lain, pertumbuhan produksi CPO mengalami stagnasi selama 2 tahun.

BACA JUGA:  Ramalan Warisan Vanessa Angel Bikin Lemas, Denny Darko: Hati-hati

"Selain CPO, produksi minyak nabati lainnya juga diperdiksi meningkat. Pada tahun 2022, produksi minyak nabati dunia naik 25 juta ton dengan mencatatkan rekor sebesar 611 juta ton," ungkapnya.

Analis komoditas Godrej International Limited, Dorab Mistri mengatakan, operasional perkebunan sawit di Malaysia akan mulai normal tahun depan.

BACA JUGA:  Ramalan Denny Darko Menakutkan, Bulan Depan Sangat Mengerikan

Masalah kekurangan tenaga kerja yang disebabkan pandemi covid-19 akan teratasi pada awal tahun 2022.

Dengan kondisi tersebut, produksi CPO Malaysia diprediksi meningkat dari 18 juta ton pada tahun 2021 menjadi 19 juta ton pada tahun 2022.

BACA JUGA:  Ramalan Malapetaka China Bikin Geger Dunia, Indonesia Waspada

Ada perbaikan kondisi global yang diprediksi bakal membaik pasca pandemi.

Dan itu akan membuat produksi TBS (tandan buah segar) sawit di Indonesia dan Malaysia diprediksi akan stabil.

Harga minyak sawit mentah (CPO) yang rata-rata berada di atas USD 1.000 per ton sepanjang tahun ini, berpotensi terkoreksi tahun depan.

"Akan tetapi, efek tenaga kerja terhadap produksi baru akan terasa pada kuartal dua tahun 2022," ujar Dorab dalam 17th Indonesian Palm Oil Conference and 2022 Price Outlook, Kamis (2/12/2021).

Dorab memprediksi, produksi CPO Indonesia juga mengalami kenaikan 1 juta ton pada 2022.

Dari sisi permintaan, prediksinya akan terjadi peningkatan permintaan terhadap energi.

Permintaan terhadap energi naik pada 20/21 sebanyak 2 juta ton.

"Permintaan terhadap energi akan terus mengalami kenaikan 2 juta ton pada tahun 21/22," tambah Dorab.

Menurut dia, penggerak utama pertumbuhan energi adalah biodiesel.

Permintaan terhadap minyak nabati untuk makanan juga naik tiga juta ton setiap tahun.

Pada saat pandemi, permintaan tersebut turun dua juta ton. Akan tetapi, permintaan mengalami peningkatan dua juta ton pada saat ini.

Sementara itu, James Fry dari LMC International mengatakan, permintaan terhadap minyak nabati kembali pulih pada 2021/2022.

"Hal ini terjadi karena permintaan terhadap minyak nabati lebih kuat dibanding yang diperkirakan. Sedangkan produksi minyak nabati dalam negeri tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan," jelasnya.

Selain melihat kondisi ekonomi dunia, James memprediksi harga CPO dengan menganalisa data Oceanic Nino Index (ONI).

Fry melihat adanya kemiripan antara grafik ONI dengan grafik perubahan produksi CPO Indonesia.

Menurut analisis dia, peningkatan grafik ONI berkorelasi positif dengan pertumbuhan produksi CPO.

Dari hasil plotting pertumbuhan CPO di Indonesia dan Malaysia dari tahun ke tahun dan perubahan kumulatif pada produksi sejak akhir 2019 dan awal pandemi pada 2020.

James menyimpulkan diperlukan 12 bulan lagi sebelum produksi minyak sawit Asia Tenggara dapat melampaui produksinya di akhir tahun 2019. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Agus Purwanto

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co