GenPI.co - Serangan skala besar yang terjadi Kamis (24/2) menunjukkan perbandingan kekuatan militer Rusia dan Ukraina benar-benar tak seimbang.
Angkatan bersenjata Ukraina kalah jumlah dan lemah dalam hal daya tembak dibandingkan lawannya, meskipun bantuan militer yang berkembang untuk pasukan Kyiv oleh Barat.
Menurut International Institute for Strategic Studies (IISS) yang berbasis di London, angkatan bersenjata Rusia berjumlah 900.000 tentara.
Jumlah ini diperkuat dengan sekitar dua juta cadangan dan lebih dari setengah juta pasukan lainnya.
Sementara pasukan Ukraina berjumlah hampir tidak lebih banyak dari pasukan yang telah dikumpulkan Rusia di sekitar perbatasannya.
Menurut IISS, Ukraina hanya memiliki kekuatan berupa pasukan tetap 145.000, 45.000 di angkatan udara dan 11.000 di angkatan laut..
Selain itu, negara yang dipimpin oleh Volodymyr Oleksandrovych Zelenskiy itu memiliki sekitar 100.000 pasukan lain dan 900.000 tentara cadangan.
Analis juga mencatat bahwa gap yang besar dalam daya tembak dan perangkat keras militer.
Rusian memiliki hampir 16.000 kendaraan tempur lapis baja, termasuk tank.
Sementara Ukraina hanya diperkuat oleh armada militer yang berjumlah 3.300.
Jumlah artileri menunjukkan perbedaan yang sama, sedangkan angkatan udara Ukraina sepersepuluh dari ukuran Rusia-nya.
“Keseimbangan kekuatan militer benar-benar luar biasa” yang mendukung Moskow, kata Francois Heisbourg, penasihat khusus Foundation for Strategic Research (FRS) di Paris.
Meski begitu, Ukraina telah diuntungkan dari bantuan militer Barat yang substansial sejak awal konflik di timurnya dari 2014.
Itu termasuk senilai USD 2,5 miliar dari Amerika Serikat, dengan USD 400 juta di antaranya digelontorkan pada tahun 2021.
Sampai ketegangan saat ini meletus, beberapa tentara AS telah melatih pasukan Ukraina untuk menggunakan peralatan Amerika, terutama persenjataan ringan, kapal patroli dan rudal anti-tank Javelin.
Inggris juga telah terlibat dalam pelatihan pasukan Ukraina selama beberapa tahun.
Pada Januari lalu, Inggris mengatakan mengirim persenjataan anti-armor ofensif ke Ukraina, pertama kalinya telah memasok senjata mematikan ke negara itu.
Tetapi angkatan bersenjata Rusia juga telah mengalami reformasi yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, menyusul kinerja militer yang dianggap tidak bersemangat dalam konflik 2008 dengan Georgia.
“Reformasi telah menjadikan Rusia kekuatan militer yang jauh lebih mampu hari ini daripada kapan pun sejak pembubaran Uni Soviet,” kata analis IISS.
Sementara itu, Analis di Royal United Services Institute (RUSI) dalam sebuah laporan awal bulan ini menguak pertahanan udara Ukraina yang sangat kurang baik dari segi kualitas dan kuantitas.
Padahal, negara itu juga menghadapi masalah berbagi perbatasan darat hampir 2.000 kilometer (1.250 mil) dengan Rusia dan 1.000 kilometer lainnya dengan sekutu Moskow, Belarusia.
“Keseimbangan militer konvensional ditumpuk dengan kuat melawan Ukraina,” kata para analis RUSI.
Ukraina juga telah menjadi sasaran serangan siber berulang-ulang yang oleh Barat dituduhkan kepada Rusia dan para ahli mengatakan berpotensi melumpuhkan negara itu.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News