Dahsyatnya Amukan Anonymous, Banyak Website Pro-Rusia Babak Belur

01 Maret 2022 06:25

GenPI.co - Beberapa website pro-Rusia babak belur oleh serangan siber dahsyat yang dilakukan kelompok peretas Anonymous. 

Kelompok itu mengaku melakukan penyerangan sebagai protes atas invasi militer negeri beruang merah ke Ukraina

Dalam aksinya, Anonymous menargetkan situs web kantor berita negara TASS dan RIA Novosti.

BACA JUGA:  Kekuasaan Putin Digoyang dari Dalam, Kondisi Rusia Memanas

Kelompok itu juga  serta mengambil alih situs web surat kabar Kommersant dan Izvestiya dan majalah Forbes Russia.

Mereka juga memposting pesan yang menarik bagi Rusia untuk mencoba menghentikan perang dan tidak berpartisipasi sebagai pejuang.

BACA JUGA:  Volodymyr Zelenskiy: Pelawak yang Menjadi Mimpi Buruk Putin

"Dalam beberapa tahun kita akan hidup seperti di Korea Utara. Apa untungnya bagi kita? Bagi Putin untuk membuat buku sejarah? Ini bukan perang kita, mari kita akhiri!", kata pesan dalam bahasa Rusia yang diposting di majalah Forbes Rusia.

Para peretas juga mengakui bahwa di antara mereka ada beberapa ‘wartawan yang merasa prihatin dengan Rusia

BACA JUGA:  Perang Siber Ukraina-Rusia Juga Ngeri, Serangan Brutal dan Masif

"Pesan ini akan dihapus dan beberapa dari kami akan dipecat dan bahkan dipenjara. Tapi kami tidak tahan lagi dengan ini," tulis para peretas,

Serangan siber itu adalah erbaru datang setelah peretasan saluran televisi RT yang didanai negara pada Kamis (24/2) pekan lalu. .

Di Twitter, Anonymous mengeklaim  juga terlibat dalam pembobolan situs web Kremlin, kementerian pertahanan dan majelis rendah parlemen Duma selama akhir pekan.

Situs-situs tersebut menghadapi rentetan serangan penolakan layanan (DDOS).

Kelompok pemantau web NetBlocks mengatakan dalam sebuah laporan pada hari Sabtu bahwa orang Rusia mengalami keterlambatan dalam mengakses situs web operator telepon dan telepon seluler utama, Rostelecom, MTS, Beeline dan Megafon.

Menteri Transformasi Digital Ukraina, Mykhailo Fedorov, mengatakan Sabtu (26/2) bahwa negara itu membutuhkan rekrutmen IT.

"Kami menciptakan pasukan TI. Kami membutuhkan talenta digital. Semua tugas operasional akan diberikan di sini," cuit dia.(*).

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co