GenPI.co - Presiden Vladimir Putin menghadapi ancaman pembunuhan dan kudeta lantaran jenderal Rusia marah atas penanganan bencana perang di Ukraina.
Dia dieliminasi oleh dinas keamanannya sendiri dan kematiannya ditutup-tutupi sebagai akibat dari kesehatannya yang dilaporkan memburuk seperti serangan jantung.
Hal tersebut adalah analisis dari Dr Robert Thornton seorang profesor studi konflik dan keamanan di King's College London.
Dilansir dari The Sun, Minggu (5/6), setelah pembunuhan itu, Rusia bisa saja dipimpin oleh sosok garis keras yang bahkan dapat mengirim pasukan kembali ke Kyiv
"FSB (dinas keamanan Rusia) berpikir bahwa Putin perlu disingkirkan karena dia bersikap lunak terhadap Ukraina," katanya.
Dr Thornton mengatakan, unit intelijen militer Rusia, GRU, bisa menjadi tempat terbaik untuk menyingkirkan Putin dan bisa segera bergerak jika mereka melihat pasukan kehilangan tempat di Ukraina timur.
"Mereka memiliki kecerdasan untuk melakukannya," katanya kepada The Sun Online.
Plot pembunuhan itu, ucap Dr Thorton, bisa dilakukan sekelompok kecil petugas keamanan senior yang mendekati Putin dengan ultimatum untuk meninggalkan kantor atau dibunuh.
"Lalu Anda membuat orang-orang di televisi mengatakan bahwa Putin tidak sehat dan kemudian Anda memiliki pemimpin baru," profesor itu menjelaskan.
Pakar Rusia itu mengatakan bahwa plot tersebut tidak akan berlebihan bagi orang Rusia .
Sebab, hal yang sama terjadi dengan Leonid Brezhnev, mantan pemimpin Soviet, dan tokoh komunis lainnya pada 1970-an.
"Mereka berkata 'oh, mereka sakit' tapi sebenarnya mereka sudah mati," kata Dr THorton.
Kamapanye militer di Ukraina sendiri telah berubah menjadi bencana di Rusia.
Pihak barat mengeklaim negara itu telah kehilangan sekitar 30,000 tentara.
Selain itu, ribuan tank dan pesawat yang hancur, dan bahkan kehilangan kapal utama mereka di Laut Hitam, Moskow.
Di hari ke-100 konflik, Rusia masih belum mencapai tujuan militer utamanya.
Tingkat kehancuran dan "korban besar" inilah yang mengubah hati dan pikiran para perwira Rusia melawan Putin, klaim Dr Thornton.
"Tentara tidak bisa terus-menerus mengeluarkan darah sebanyak itu," imbuh dia.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News