GenPI.co - Rencana jahat Mantan Presiden AS Donald Trump untuk melakukan kudeta terkuak pada sidang perdana penyelidikan terhadap serangan Gedung Capitol yang terjadi 6 Januari 2021 silam.
Serangan tersebut dikatakan dilakukan oleh massa pendukung Trump untuk membatalkan Pilpres pada Desember 2020 yang memenangkan Joe Biden.
The Guardian melaporkan, Dugaan kudeta itu menguat setelah sekutu utama Trump Kongres meminta pengampunan atas peristiwa penyerangan tersebut.
Laporan tersebut mengatakan, itu adalah sebuah pengungkapan besar yang mendukung klaim bahwa peristiwa 6 Januari merupakan kudeta.
Permintaan pengampunan dari para anggota kongres dari Partai Republik itu juga dikatakan sebagai sebuah kesadaran yang jelas akan rasa bersalah.
salah satu dari tiga pengungkapan yang menandakan momen-momen hukum dan politik yang berpotensi berbahaya yang akan datang bagi Trump dan sekutunya.
Audiensi publik pertama komite DPR 6 Januari berlangsung Kamis, 9 Juni 2022.
Pada sidang tersebut, wakil ketua panel Liz Cheney hanya menyebut satu anggota Kongres dari Partai Republik yang meminta pengampunan yakni Scott Perry.
Komite terpilih tidak merinci anggota DPR lainnya yang meminta pengampunan atau untuk kejahatan apa yang mereka minta pengampunan.
Akan tetapi tampaknya menunjukkan minimal bahwa mereka tahu bahwa mereka telah terlibat dalam kemungkinan perilaku ilegal.
Klaim luar biasa itu juga meningkatkan prospek bahwa anggota Kongres dari Partai Republik yang mencari grasi percaya bahwa klaim penipuan pemilu Trump tidak berdasar: mengapa mereka membutuhkan pengampunan jika mereka benar-benar hanya mengajukan pertanyaan yang sah tentang pemilu.
“Sulit untuk menemukan pernyataan kesadaran bersalah yang lebih eksplisit daripada mencari pengampunan atas tindakan yang baru saja Anda lakukan, membantu dalam rencana untuk menggulingkan hasil pemilihan presiden,” Jamie Raskin, anggota panitia pemilihan, kepada wartawan.
Pengakuan oleh beberapa pembantu utama Trump penting karena mereka dapat menempatkan jaksa federal selangkah lebih dekat untuk dapat menuntut Trump.
Tuduhannya, dia menghalangi proses resmi atau menipu Amerika Serikat berdasarkan klaim penipuan pemilu yang dia tahu salah.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News