GenPI.co - Polisi Iran menangkap lebih dari 700 orang dalam protes antihijab menyusul kematian Mahsa Amini dalam tahanan.
Amini meninggal setelah ditangkap oleh polisi moral Iran yang ditakuti karena diduga mengenakan kerudung dengan cara yang "tidak pantas".
Kantor berita Tasnim melaporkan pada Sabtu (24/9), Jenderal Azizollah Maleki, kepala polisi provinsi Guilan, mengumumkan “penangkapan 739 perusuh termasuk 60 wanita".
Berita kematian Amini pada 16 September memantik kemarahan yang meluas dan memicu demonstrasi yang jarang terjadi.
Di jalan-jalan di Iran, orang-orang muda membakar gambar pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei di tengah teriakan "matilah diktator".
Beberapa warga mengatakan bahwa sementara kematian Amini adalah pemicu, krisis ekonomi yang berlangsung lama dan iklim penindasan yang lebih luas memicu ledakan kemarahan.
Media pemerintah pada Jumat malam mengatakan bahwa jumlah kematian resmi dari protes yang terjadi mencapai 35 orang.
Sedangkan Organisasi Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Norwegia pada hari Jumat menyebutkan jumlahnya korban tewas mencapai 50 orang.
Kawa Krimi, 50, mengatakan kepada AFP bahwa protes sedang berlangsung di Marivan, meskipun ada gelombang penangkapan dan penggunaan peluru tajam oleh pasukan keamanan, melukai satu anak laki-laki di kepala.
Marivan adalah wilayah Kurdi barat Iran yang merupakan tempat asal Amini. Kota itu memiliki hubungan yang dekat dengan wilayah otonomi Kurdistan utara Irak.
Orang-orang di kedia wilayah itu berbicara dalam bahasa yang sama, dan banyak yang memiliki kerabat.
Ketika Kurdi Iran berbicara tentang Amini, mereka menggunakan nama depan Kurdi-nya, Jhina.
Di Marivan, pengunjuk rasa "berhadapan" dengan pasukan keamanan, kata Kochar yang berusia 27 tahun, seorang warga Iran lainnya yang baru saja tiba di Irak.
Demonstrasi juga terjadi di kota Baneh, Iran barat menurut seorang warga setempat.
Dikatakan, para pengunjuk rasa meneriakkan "matilah diktator" dan "hidup dan bebas" seraya membakar foto-foto Khamenei.
Polisi menembakkan gas air mata dan peluru tajam untuk membubarkan pengunjuk rasa yang mempersenjatai diri dengan tongkat dan batu.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News