Iran Ngeles, Sebut Masha Amini Meninggal Karena Sakit

09 Oktober 2022 08:25

GenPI.co - Iran pada Jumat  (7/10) mengatakan bahwa penyelidikan atas kematian Mahsa Amini menemukan bahwa dia meninggal karena sakit.

Hal itu bertentangan dengan dugaan pemukulan terhadap gadis 22 tahun itu oleh polisi moral yang  yang memicu protes berdarah selama tiga minggu.

Organisasi Forensik Iran mengatakan bahwa kematian Mahsa Amini tidak disebabkan oleh pukulan di kepala dan organ vital dan anggota tubuh.

BACA JUGA:  Pemimpin Tertinggi Iran Ngamuk, Tuduh AS dan Israel Siram Bensin ke Protes Antihijab

Kematian Amini, yang nama depan Kurdinya adalah Jhina, terkait dengan "operasi tumor otak pada usia delapan tahun," kata lembaga itu dalam sebuah pernyataan.

Orang tua Amini yang berduka telah mengajukan pengaduan terhadap petugas yang terlibat. 

BACA JUGA:  Protes Antihijab Tulari Siswi Iran, Ayatollah Khamenei Dapat Jari Tengah

Salah satu sepupu almarhum yang tinggal di Irak mengatakan kepada AFP bahwa dia meninggal karena pukulan keras di kepala.

Amini meninggal pada 16 September, tiga hari setelah mengalami koma menyusul penangkapannya di Teheran oleh polisi moral.

BACA JUGA:  Rezim Iran Marah dan Tuding Inggris Campur Tangan pada Protes Antihijab

Dia ditahan karena diduga melanggar aturan berpakaian ketat rezim Iran itu untuk wanita.

Kemarahan atas kematiannya telah memicu gelombang protes terbesar untuk mengguncang negara uang dipimpi ulama itu.

Tindakan keras pasukan keamanan juga telah menewaskan puluhan pengunjuk rasa dan banyak orang ditangkap.

Meskipun pasukan keamanan menggunakan kekuatan mematikan, protes yang dipimpin perempuan terus berlanjut selama 20 hari dan malam berturut-turut, menurut video online yang diverifikasi oleh AFP.

Orang tua Amini yang berduka telah mengajukan pengaduan terhadap petugas yang terlibat, dan salah satu sepupunya yang tinggal di Irak mengatakan kepada AFP bahwa dia meninggal karena "pukulan keras di kepala".

Dalam tindakan keras yang meluas, Iran telah memblokir akses ke media sosial, termasuk Instagram dan WhatsApp.

Pasukan keamanan juga telah mengumpulkan pendukung terkenal gerakan tersebut, termasuk jurnalis dan bintang pop.

Para pengunjuk rasa telah mencari cara untuk menghindari deteksi dengan cara menyembunyikan wajah mereka.

Para siswi dengan wajah  tertutup meneriakkan "Matilah diktator" dan merusak gambar pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, dalam video yang diverifikasi.

Rekaman lain yang diambil dari jendela apartemen menunjukkan orang-orang di jalanan meneriakkan seruan protes "Woman, Life, Freedom".

Bentuk protes lain muncul pada Jumat pagi, dengan air mancur di Teheran tampak seolah darah.

Hal itu terjadi setelah seorang seniman mengubah airnya menjadi merah untuk mencerminkan tindakan keras berdarah.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co