Protes Antihijab Makin Tak Terkendali, Presiden Iran Tuduh Keterlibatan Amerika Serikat

14 Oktober 2022 08:25

GenPI.co - Presiden Iran pada  Kamis (13/10) menuduh keterlibatan Amerika Serikat berusaha mengacaukan negara itu melalui protes antihijab yang dipicu kematian Masha Amini.

Paman Sam telah menjadi musuh bebuyutan Iran sejak Revolusi Islam 1979 dan musuh utama dalam kebuntuan atas program nuklir.

"Menyusul kegagalan Amerika dalam militerisasi dan sanksi, Washington dan sekutunya telah menggunakan kebijakan destabilisasi yang gagal," kata Presiden Ebrahim Raisi.

BACA JUGA:  Tembakan dan Ledakan Iringi Protes Antihijab Iran, Revolusi di Depan Mata

Masha Amini tewas 3 hari setelah dia ditangkap oleh polisi moral Iran yang terkenal kejam.

Kematian wanita Kurdi berusia 22 tahun itu  memicu gelombang protes jalanan dan kekerasan terbesar yang terlihat di negara itu selama hampir tiga tahun.

BACA JUGA:  Kelompok HAM Sebut 19 Anak Tewas dalam Protes Antihijab, Rezim Iran Tersudut

Perempuan muda dan siswi berada di garis depan protes, meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah.

Mereka juga membakar hijab dan tanpa takut  berhadapan dengan pasukan keamanan di jalan-jalan.

BACA JUGA:  Kabar Terbaru Protes Antihijab, Pengadilan Iran Mendakwa 100 Orang

Dalam demonstrasi yang terjadi sepanjang Rabu (12/10) malam di di kota barat laut Bukan, demonstran membakar bendera Iran sembari mengumandangkan nyanyian "Woman, Life, Freedom".

Dalam rekaman video yang diverifikasi AFP, protes baru diadakan pada hari Kamis, yang digalang mahasiswa Universitas Teheran.

Para pelajar itu meneriakkan penghinaan pada petugas keamanan yang mengarahkan senjatanya ke mereka.

Video online baru menunjukkan anggota masyarakat menghadapi pasukan keamanan ketika mereka berusaha untuk menangkap demonstran, kadang-kadang memaksa petugas untuk melarikan diri.

Dalam rekaman lain yang diverifikasi oleh AFP, wanita terlihat dipukuli dan dikejar oleh pasukan keamanan di Rasht di provinsi Gilan.

Sementara itu, Kantor Berita Aktivis Hak Asasi Manusia (HRANA) pada Kamis melaporkan beberapa pekerja kilang minyak juga ikut mogok untuk mendukung protes.

Akibatnya, 12 pekerja dari pabrik petrokimia Bushehr ditangkap oleh etugas keamanan.

HRANA menuduh bahwa penggunaan senapan dengan peluru yang tidak diatur oleh penegak hukum telah mengakibatkan cederanya banyak pengunjuk rasa.

Kelompok yang bermarkas di AS itu mengatakan memiliki nama setidaknya 106 orang yang dibunuh oleh pasukan keamanan.

HRANA juga mengekalim mengetahui 11 orang tewas lainnya yang masih belum teridentifikasi.

Hingga Kamis, diperkirakan 5.710 orang telah ditangkap di jumlahnya bertambah setiap hari.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co