Raksasa Dunia Gelisah, Mereka Belum Ucapkan Selamat ke Joe Biden

10 November 2020 18:50

GenPI.co - Raksasa-raksasa dunia ini seperti dag-dig-dug dengan kepemimpinan Joe Biden. Mereka gelisah. Sampai sekarang, semuanya belum ucapkan selamat ke Biden.

Mereka memang bisa berlindung di balik alasan menunggu kepastian hukum hasil pilpres Amerika. Semuanya bisa bungkam dengan alasan logis. 

Tapi, dinamika politik yang terasa adalah mereka khawatir dengan Biden. Semuanya terlihat lebih enjoy dengan gaya kepemimpinan Donald Trump yang penuh kontroversi.

BACA JUGA: Shio Berhati Malaikat, Sosoknya Dipayungi Dewi Rezeki dan Cinta

Ini dia deretan raksasa dunia yang belum mengucapkan selamat kepada Joe Biden.

1. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un

Media pemerintah Korea Utara menahan diri untuk tidak menyebut pemilu AS, sementara negara saudaranya langsung mengucapkan selamat kepada Joe Biden.

Tentu saja, pemerintah Korea Utara membatasi aliran informasi tentang kebebasan politik di tempat lain.

Sementara Trump mengklaim telah menikmati persahabatan khusus dengan Kim Jong Un.

Trump sudah bertemu dengannya tiga kali dan terlibat dalam pembicaraan diplomatik.

Media pemerintah Korea Utara pernah mengatakan Joe Biden pantas mendapatkan hukuman tanpa ampun karena menghina martabat negara.

Pada medio November tahun lalu kantor berita Korea Utara KCNA menyebut Joe Biden sebagai anjing gila setelah Joe Biden mengkritik Donald Trump karena memanjakan diktator kejam seperti Kim Jong Un.

2. Presiden Rusia Vladimir Putin

Vladimir Putin adalah salah seorang dari sekian kepala negara yang belum memberi selamat ke Joe Biden.

Terlepas dari rivalitas dua negara adidaya, namun pada 2016, Kremlin langsung memberi selamat kepada Presiden Donald Trump beberapa jam setelah dia memenangkan 270 suara elektorat.

Kremlin mengatakan pada hari Senin bahwa terlalu dini untuk mengakui Joe Biden pada saat ini, meskipun jaringan media AS memastikan Joe Biden menang pada Sabtu.

Dalam banyak hal, tujuan Trump terkadang tumpang tindih dengan tujuan presiden Rusia Vladimir Putin.

Mereka berdua ingin NATO mengurangi perannya di Eropa, misalnya, meskipun untuk alasan yang berbeda.

Rusia memandangnya sebagai ancaman yang dekat dengan perbatasannya dan bekas-bekas sejarah Perang Dingin, sementara Trump memandang aliansi sebagai sesuatu usang dan menghamburkan uang Amerika.

3. Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador membuat pernyataan hati-hati tentang pemilihan AS di mana dia tidak menyebut Joe Biden sebagai pemenang.

Sebaliknya, dia mengatakan perlu menunggu sampai proses hukum untuk penghitungan suara selesai.

"Saya tidak bisa memberi selamat kepada satu kandidat atau yang lainnya. Saya ingin menunggu sampai proses pemilihan selesai,” kata López Obrador pada konferensi pers Sabtu, seperti dikutip dari Reuters.

Keengganan Lopez Obrador untuk memberi selamat kepada Biden mungkin disebabkan oleh persahabatan itu.

Langkah tersebut juga bisa dimaknai sebagai kelanjutan dari tradisi politik luar negeri yang secara aktif menghindari mengomentari urusan negara lain.

4. Presiden China Xi Jinping

Pemerintah China pada Senin menghindari pertanyaan tentang kapan akan memberi selamat kepada Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden atas kemenangan pemilihannya.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China hanya mengatakan bahwa Cina akan bertindak sesuai dengan praktik internasional.

Lebih dari 24 jam setelah media AS menyatakan Biden menang, China tetap menjadi salah satu dari sedikit negara besar yang belum mengirim pesan ucapan selamat.

Itu membuat banyak orang berspekulasi apakah pejabat di sana menunggu keputusan resmi.

Dalam editorial yang diterbitkan China Daily, hubungan China-Amerika disebut dapat diatur ulang menjadi lebih baik, terutama pada perdagangan.

5. Presiden Brazil Jair Bolsonaro

Presiden Brazil Jair Bolsonaro belum memberi selamat atas kemenangan Joe Biden meski media utama AS memastikan kemenangannya atas Donald Trump.

Bolsonaro, yang mendapat julukan Donald Trump dari tanah Amerika Latin, telah mendekatkan hubungan lebih dekat selama pemerintahan Trump.

Mantan tentara yang memenangkan kepresidenan Brasil pada tahun 2018, meniru banyak taktik kampanye Trump, yakni dengan polarisasi politik.

Bolsonaro dan anak-anaknya - yang, seperti halnya Trump, memainkan peran aktif dalam politik dan Trump terpilih kembali.

Dengan kepergian Trump, Bolsonaro kehilangan sekutu diplomatik dan mendapati dirinya menghadapi Presiden AS yang lebih fokus pada hak asasi manusia dan lingkungan.

BACA JUGA: Donald Trump Ngamuk! Menhan Amerika Dipecat

6. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

Pada Senin, Omer Celik, juru bicara Partai Keadilan dan Pembangunan yang berkuasa di bawah pimpinan Erdogan, mengatakan mereka menunggu hasil pemilu diumumkan resmi.

Pernyataan itu muncul setelah berhari-hari bungkam atas hasil pemilu yang secara luas dipandang sebagai pukulan bagi Erdogan.

Pemerintah Turki tampaknya khawatir bahwa Biden akan memperkenalkan kembali demokrasi dan wacana promosi hak asasi manusia ke dalam hubungan bilateral.

Singkatnya, dengan Trump menjabat, Erdogan sebagian besar telah diberikan hak untuk melakukan apa yang dia inginkan, seperti menekan oposisi di dalam negeri. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Agus Purwanto

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co