Belum Apa-apa Nuklir Rusia Bikin Joe Biden Merinding

28 Januari 2021 20:40

GenPI.co - Presiden Amerika Joe Biden benar-benar menghitung kekuatan nuklir Rusia. Sebelum bikin merinding, Rusia langsung digandeng untuk memperpanjang kesepakatan pembatasan kepemilikan senjata nuklir.

Amerika memang pantas gemetaran. Menurut statistik yang diandalkan Barat, angkatan laut Rusia disebut sebagai kekuatan yang dilengkapi dengan senjata nuklir paling taktis.

BACA JUGA: China Ancam Perang di Laut China Selatan, Indonesia Bagaimana?

Senjata-senjata ini terutama mencakup rudal jelajah Kaliber kapal selam atau permukaan. Untuk angkatan udara, pembom Tu-22M3 Rusia dilengkapi dengan rudal jelajah hipersonik hulu ledak nuklir Kh-47M2.

Ini adalah senjata paling sulit untuk dicegat saat ini. Selain itu, pembom siluman Su-57 Rusia juga mampu membawa rudal dengan hulu ledak nuklir.

Di darat, kekuatan serangan nuklir taktis Rusia didasarkan pada kompleks rudal balistik jarak pendek Iskander-M.

Menurut penulis Episkopos, daftar singkat di atas menunjukkan bahwa senjata nuklir taktis sangat populer di kalangan angkatan bersenjata Rusia dan terus dimodernisasi.

BACA JUGA: Rezeki Hebat Menanti Zodiak Aries, Taurus & Gemini di Februari

Sebaliknya, persenjataan nuklir taktis Amerika sangat terbatas. Saat ini hanya bom B61 yang bisa diandalkan. Kapasitasnya 300 ton bahan peledak TNT.

Dari hitung-hitungan di atas kertas, Amerika menang di jumlah rudal taktis. Tapi soal kekuatan dan manuver, rudal nuklir Rusia juaranya. 

Bila tak dibatasi, rudal nuklir Rusia sangat berpotensi memicu perang nuklir. Itu sebabnya perpanjangan kesepakatan bernama New Strategic Arms Reduction Treaty (START) diperlukan.

Itu untuk memberikan kepastian terbaru mengenai pembatasan kepemilikan senjata nuklir antara Washington dan Moskow.

BACA JUGA: Gemini & Virgo Bakal Guncang Dunia, Zodiaknya Dibalut Banyak Hoki

Tak ada tekanan apa pun di perjanjian ini. Semua dilakukan dengan sukarela. Namun, perjanjian ini tak langsung diungkap ke publik.

Satu-satunya yang dibuka hanya Presiden Amerika Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin membahas masalah tersebut melalui sambungan telepon.

Gedung Putih menambahkan, kedua kepala negara itu setuju untuk mengirim tim dan bekerja untuk menyelesaikan perpanjangan New START sebelum berakhir pada 5 Februari 2021. (*) 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Agus Purwanto

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co