Tanda Kehancuran, Myanmar Mulai Sempoyongan di Bawah Tekanan PBB

13 Februari 2021 18:32

GenPI.co - Para penentang kudeta militer Myanmar terus melakukan protes massal selama delapan hari berturut-turut, karena penangkapan berkelanjutan terhadap kritikus junta menambah kemarahan atas penahanan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

Ribuan orang berkumpul di pusat bisnis, Yangon, sementara pengunjuk rasa turun ke jalan di ibu kota Naypyitaw, kota kedua Mandalay dan kota-kota lain sehari setelah protes terbesar sejauh ini di negara Asia Tenggara itu.

BACA JUGA: Peneliti AS Izinkan Sekolah Tatap Muka, Tetapi Ini Syaratnya

"Hentikan penculikan di malam hari," demikian pernyataan salah seorang pengunjuk rasa di Yangon, seperti dilansir dari AFP, Sabtu (13/2/2021).

Sebelumnya, di antara mereka yang ditangkap juga merupakan seorang dokter yang diidentifikasi di media sosial sebagai Pyae Phyo Naing, yang sedang melakukan konsultasi pasien di distrik Ayeyarwaddy, ketika penggerebekan dilakukan pada Kamis (11/2/2021) lalu.

Bahkan, video penangkapannya yang dibagikan di media sosial memicu kemarahan di antara warga Myanmar.

Sementara, pemerintah tidak menanggapi permintaan komentar atas penangkapan tersebut.

Insiden itu juga menambah tekanan pada militer sebagai tuntutan Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar militer memulihkan pemerintahan sipil dan membebaskan para pemimpin sipil negara.

Inggris dan Uni Eropa juga turut menyerukan agar semua orang yang ditahan secara sewenang-wenang untuk dibebaskan dan melakukan pemulihan pemerintah terpilih.

“Dunia sedang mengawasi Myanmar,” tegas wakil kepala hak asasi PBB, Nada al-Nashif.

Diketahui, selain Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint, lebih dari 350 lainnya telah ditahan sejak kudeta 1 Februari, termasuk aktivis, jurnalis, pelajar dan biksu.

BACA JUGA: Cegah Penyebaran Covid-19, Kanada Berlakukan Karantina Wisatawan

Kudeta tersebut juga telah menyatukan berbagai kelompok masyarakat yang menentang, dengan beberapa laporan tentang petugas polisi yang melanggar barisan untuk bergabung dengan demonstrasi bersama selebritas, pelajar, dan pekerja garmen.

Mereka telah meminta pemerintah militer untuk menghormati hasil pemilu November, yang membuat partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Aung San Suu Kyi menang telak.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co