PBB Kecam Serangan Pemberontak Houthi di Yaman, AS Turun Tangan

17 Februari 2021 15:58

GenPI.co - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pihaknya sangat khawatir dengan serangan pemberontak Houthi di benteng utara terakhir pemerintah Yaman.

Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk urusan kemanusiaan, Mark Lowcock, mengungkapan bahwa serangan terhadap Marib akan membahayakan dua juta warga sipil dan dapat menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi dari kota tersebut.

BACA JUGA: Skotlandia Izinkan Belajar Tatap Muka di Sekolah Pekan Depan

Pemberontak Houthi bulan ini juga dilaporkan telah melanjutkan serangan untuk merebut Marib, sekitar 120 km (75 mil) di timur ibu kota Yaman yang dikuasai pemberontak, Sanaa.

Hilangnya kota itu akan menjadi pukulan besar bagi pemerintah Yaman yang diakui secara internasional, yang didukung oleh koalisi militer pimpinan Saudi.

"Sekarang adalah waktu untuk menurunkan ketegangan, bukan untuk menambah penderitaan rakyat Yaman," kata Lowcock dalam keterangannya, seperti dilansir dari Aljazeera, Rabu (17/2/2021).

Sementara, pejabat militer dari pemerintah Yaman menerangkan kepada kantor berita AFP bahwa pemberontak telah maju ke arah kota di dua front semalam setelah pertempuran sengit dengan pasukan pemerintah.

Lusinan dari kedua belah pihak telah tewas dalam 24 jam terakhir saja. Jumlah korban jiwa dari pertempuran untuk Marib tidak diketahui tetapi laporan menunjukkan sekarang jumlahnya mencapai ratusan.

"Para pemberontak telah maju ke utara dan barat kota setelah merebut al-Zor (di distrik Sirwah) hingga ke sisi barat bendungan Marib, dan memperketat cengkeraman mereka di perbukitan yang menghadap ke jalur pasokan untuk beberapa front," kata salah satu pejabat di Yaman.

Pertempuran itu juga membahayakan kamp-kamp yang luas bagi para pengungsi internal, banyak di antaranya telah melarikan diri beberapa kali sebelum berakhir di Marib, satu-satunya bagian utara yang tidak berada di bawah kendali Houthi.

"Jika pertempuran terjadi di daerah berpenduduk atau tempat pengungsian ini, kami akan melihat orang-orang melarikan diri lagi dan menuju lokasi di timur dan selatan kota Marib dengan sumber daya yang lebih sedikit," jelas juru bicara Organisasi Internasional untuk Migrasi, Olivia Headon.
 
Headon menambahkan sekitar 650 keluarga telah terpaksa mengungsi dalam gelombang pertempuran baru-baru ini dan bahwa pergeseran lain di garis depan akan menyebabkan gelombang pengungsian lebih lanjut.

Konflik Yaman yang parah telah menewaskan puluhan ribu dan jutaan orang mengungsi, menurut organisasi internasional, memicu apa yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Lonjakan kekerasan terjadi tak lama setelah Washington memutuskan untuk menghapus pemberontak dari daftar kelompok "teroris", sebuah langkah untuk memastikan bantuan tidak terhalang dan untuk membuka jalan memulai kembali perundingan damai.

Pemerintahan Biden juga mengakhiri dukungan Amerika Serikat untuk operasi ofensif Saudi dalam perubahan kebijakan besar dari pemerintahan Trump sebelumnya.

Presiden AS sejak itu menunjuk seorang utusan untuk Yaman dalam upayanya menemukan solusi diplomatik untuk konflik yang telah melanda negara termiskin di Timur Tengah itu.

BACA JUGA: Duh! Cari Gara-gara, Hacker Korut Coba Curi Data Vaksin Pfizer

Washington mendesak pemberontak untuk menghentikan serangan mereka, dengan mengatakan kemajuan mereka di Marib mengancam akan merusak upaya baru pemerintahan Biden untuk meningkatkan upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik.

"Serangan Houthi di Marib adalah tindakan kelompok yang tidak berkomitmen untuk perdamaian atau mengakhiri perang yang melanda rakyat Yaman. Jika itu terus berlanjut maka kami akan berubah pikiran," imbuh juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co