Kapal Pengungsi Rohingya Terombang-ambing di Tengah Laut Andaman

23 Februari 2021 18:52

GenPI.co - Badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa menyerukan penyelamatan segera terhadap pengungsi Rohingya setelah perahu mereka mogok di Laut Andaman sehingga mereka terombang-ambing selama berhari-hari tanpa makanan atau air.

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi atau UNHCR mengatakan menerima laporan dari jumlah pengungsi Rohingya yang belum dikonfirmasi di atas kapal dalam kesulitan pada Sabtu (20/2/2021) lalu.

BACA JUGA: Nggak Perlu PBB, Joe Biden dan Eropa Bikin Militer Myanmar Rontok

“Menyelamatkan nyawa harus menjadi prioritas,” kata Indrika Ratwatte selaku Direktur Biro Regional UNHCR untuk Asia dan Pasifik dalam keterangannya, seperti dilansir dari Aljazeera, Selasa (23/2/2021).

Menurutnya, ejalan dengan kewajiban internasional berdasarkan hukum laut dan tradisi maritim yang telah berlangsung lama, kewajiban untuk menyelamatkan orang-orang yang mengalami kesulitan di laut harus ditegakkan, tanpa memandang kebangsaan atau status hukum.

“Kami mengimbau semua pemerintah untuk mengerahkan kemampuan pencarian dan penyelamatan mereka dan segera menurunkan mereka yang dalam kesulitan," jelas dia.

Badan PBB tersebut mengatakan tidak dapat mengonfirmasi ukuran kelompok atau lokasi persis mereka, tetapi menerangkan mereka diperkirakan telah meninggalkan Cox's Bazar dan Teknaf di Bangladesh sekitar 10 hari yang lalu.

“Banyak yang berada dalam kondisi sangat rentan dan tampaknya menderita dehidrasi ekstrem. Kami memahami bahwa sejumlah dari pengungsi telah kehilangan nyawa mereka dan bahwa kematian telah meningkat selama 24 jam terakhir," tambah Ratwatte.

Sementara, seorang pejabat senior penjaga pantai India mengonfirmasi bahwa kapal itu telah dilacak ke sebuah daerah di lepas pulau Andaman dan Nicobar.

Setidaknya delapan orang tewas di kapal itu, menurut Chris Lewa, direktur Proyek Arakan, sebuah kelompok yang memantau krisis Rohingya.

Lewa mengungkapkan kapal angkatan laut India yang berada di dekatnya telah memberikan makanan dan air kepada mereka yang berada di kapal tersebut.

Sementara, seorang juru bicara angkatan laut India tidak memberikan rincian situasi tersebut tetapi mengatakan sebuah pernyataan akan dikeluarkan kemudian.

Diketahui, ratusan ribu sebagian besar Muslim Rohingya telah tinggal di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh sejak mereka dipaksa keluar dari Myanmar dalam tindakan keras militer yang brutal pada tahun 2017.

Malaysia yang mayoritas penduduknya Muslim telah lama menjadi tujuan favorit bagi kelompok yang termasuk di antara orang-orang yang paling teraniaya di dunia.

Dan meskipun perjalanan perahu telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah di seluruh Asia Tenggara telah memperketat perbatasan selama pandemi Covid-19.

Puluhan orang ditemukan tahun lalu di perahu yang hanyut di pulau Langkawi Malaysia, sementara banyak lagi yang datang ke darat dengan bantuan penduduk desa setempat di provinsi Aceh, Indonesia.

Save the Children mencatat dalam sebuah laporan Juni lalu bahwa Rohingya masih siap membayar para penyelundup untuk melakukan perjalanan tersebut meskipun ada risiko.

Saat ini ada sekitar 102.250 Rohingya terdaftar di UNHCR di Malaysia tetapi kelompok hak asasi mengatakan masih banyak lagi yang tidak berdokumen. Baik Malaysia maupun Indonesia tidak menandatangani konvensi PBB tentang pengungsi.

BACA JUGA: Pesona Mematikan Putri Saddam Hussein, Tangan Besinya Maut

UNHCR menyatakan akan memberikan bantuan kemanusiaan dan tindakan karantina bagi mereka yang diselamatkan, sejalan dengan protokol kesehatan masyarakat.

“Fakta bahwa pengungsi dan migran terus melakukan perjalanan fatal menekankan perlunya tanggapan regional segera dan kolektif untuk pencarian, penyelamatan dan pendaratan,” kata badan tersebut.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co