Ternyata Dalang Kerusuhan Capitol Karena Ini, Kebangetan Banget!

26 Februari 2021 15:58

GenPI.co - Polisi Capitol Amerika Serikat (AS) menyadari kemungkinan kekerasan dari ekstremis bersenjata ketika Capitol diserang oleh pendukung mantan Presiden Donald Trump karena intelijen tidak menunjukkan kemungkinan skala kejadian tersebut.

Dilansir Reuters, Jumat (26/2/2021), bahkan kala itu petugas banyak yang membiarkan karena mereka kewalahan oleh "pemberontak", penjabat polisi ketua diatur untuk bersaksi dalam sidang House.

BACA JUGA: Anak-Anak Tak Berdosa Dibunuh di Kongo, Dunia Hanya Diam

Padahal intelijen yang dikumpulkan sebelum serangan 6 Januari di Capitol menyarankan bahwa pertemuan itu akan melibatkan partisipasi "anggota milisi, supremasi kulit putih, dan kelompok ekstremis lainnya," tetapi tak ada himbauan ke petugas di Capitol.

Asisten kepala polisi dari Departemen Operasi Pelindung dan Intelijen dan bertanggung jawab atas Divisi Koordinasi Intelijen dan Antar-Badan (IICD), Yogananda Pittman mengatakan kabar itu merebak  karena eberapa saat setelah mantan presiden itu menggelar rapat umum mendesak para pendukungnya untuk "memperjuangkan" hasil tersebut.

IICD mengatakan dalam penilaian yang dikeluarkan pada 3 Januari bahwa para pendukung Trump melihat 6 Januari sebagai kesempatan terakhir untuk membatalkan hasil pemilihan presiden dan rasa putus asa dan kekecewaan mereka dapat menyebabkan lebih banyak insentif untuk melakukan kekerasan.

“Sementara Departemen bersiap untuk menetralkan dan menyingkirkan individu atau kelompok yang terlibat dalam pembangkangan sipil atau kekerasan di antara para demonstran," kata Pittman.
 
Tetapi, Departemen itu dengan cepat kewalahan oleh ribuan pemberontak (banyak bersenjata) yang dengan segera dan tanpa provokasi mulai menyerang petugas, melewati penghalang fisik, dan menolak untuk mematuhi perintah yang sah.

"Persiapan Departemen didasarkan pada informasi yang dikumpulkan dari mitra penegak hukumnya seperti FBI dan lainnya dalam komunitas intelijen, tidak ada yang menunjukkan bahwa pemberontakan massal sebesar ini akan terjadi di US Capitol pada 6 Januari," katanya .

Pittman juga menerangkan departemen tersebut menghadapi "tantangan internal" saat menanggapi kerusuhan. Petugas tidak mengunci kompleks Capitol dengan benar, bahkan setelah perintah diberikan melalui radio untuk melakukannya.

Dia juga mengungkapkan petugas tidak mengerti kapan mereka diizinkan menggunakan kekuatan mematikan, dan bahwa senjata yang kurang mematikan yang dimiliki petugas tidak sesukses yang mereka harapkan.

BACA JUGA: AS Upayakan 14,5 Juta Orang Disuntik Vaksin Covid-19 per Minggu

Adapun akibat, serangan Capitol menunda sertifikasi kemenangan Biden beberapa jam, karena anggota parlemen terpaksa melarikan diri dari massa yang marah yang membuat pasukan keamanan kewalahan. Lima orang tewas dalam kekerasan itu.

Sementara, lebih dari 200 orang telah didakwa sejauh ini atas peran mereka dalam kerusuhan tersebut, termasuk beberapa yang terkait dengan kelompok pinggiran sayap kanan seperti Penjaga Sumpah.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co