Ledakan Dahsyat di Guinea Ibarat Kiamat, Dunia Dibuat Tercabik

08 Maret 2021 12:58

GenPI.co - Puluhan orang telah tewas dan ratusan lainnya luka-luka dalam serangkaian ledakan dahsyat di sebuah pangkalan militer di kota Bata terbesar di Guinea Ekuatorial.

Dalam sebuah pernyataan di televisi nasional, Presiden Teodoro Obiang mengatakan ledakan pada hari Minggu (7/3/2021) disebabkan oleh kelalaian satu unit militer yang bertugas menyimpan bahan peledak, dinamit dan amunisi di kamp militer Nkoa Ntoma.

BACA JUGA: WHO Peringatkan Virus Ebola Mematikan, Dunia Bisa Dibikin Ambrol

Obiang, yang memerintah Guinea Ekuatorial sejak 1942, menyatakan bahan peledak itu terbakar karena pembakaran tunggul oleh petani di ladang mereka dan ledakan itu menyebabkan kerusakan di hampir semua rumah dan bangunan di Bata.

Dilansir Aljazeera, Senin (8/3/2021), kementerian pertahanan mengungkapkan bahwa sedikitnya 20 orang tewas dan sekitar 600 korban lainnya terluka.

Televisi lokal menayangkan sekelompok orang menarik tubuh dari tumpukan puing, beberapa di antaranya terbawa terbungkus seprai. Ada juga seruan media bagi orang-orang untuk mendonorkan darah, dengan mengatakan rumah sakit kewalahan.

Truk pick-up yang dipenuhi orang-orang yang selamat, banyak di antaranya adalah anak-anak, melaju ke depan rumah sakit setempat di mana beberapa korban terekam tergeletak di lantai.

Di daerah ledakan, atap besi merobek rumah yang setengah hancur dan tergeletak di tengah puing-puing. Hanya satu atau dua dinding yang tersisa dari kebanyakan rumah.

Orang-orang berlarian ke segala arah, banyak dari mereka berteriak.

"Kami mendengar ledakan dan kami melihat asap, tapi kami tidak tahu apa yang terjadi," kata seorang penduduk setempat bernama Teodoro Nguema kepada kantor berita AFP melalui telepon.

Guinea Ekuatorial adalah negara kecil berpenduduk sekitar 1,4 juta, dengan mayoritas penduduk hidup dalam kemiskinan meskipun memiliki cadangan minyak yang kaya.

Obiang Nguema mengeluarkan permohonan bantuan internasional, mengatakan bahwa bencana datang pada masa yang sudah sulit bagi Guinea Ekuatorial, karena krisis ekonomi yang disebabkan oleh jatuhnya harga bensin, dan pandemi Covid-19.

Putra Obiang, Teodoro Nguema Obiang Mangue, wakil presiden yang bertanggung jawab atas pertahanan dan keamanan, muncul dalam rekaman televisi di tempat kejadian untuk memeriksa kerusakan, ditemani oleh pengawalnya dari Israel.

Teodorin, begitu ia dikenal, semakin dipandang sebagai penerus yang ditunjuk presiden berusia 78 tahun itu.

Setelah ledakan tersebut, Kedutaan Besar Spanyol di ibu kota, Malabo, meminta warganya untuk tetap di rumah. Menyusul perkembangan di Guinea Ekuatorial dengan keprihatinan pasca ledakan di kota Bata.

Secara terpisah, Duta Besar Prancis di Guinea Ekuatorial, Brochenin Olivier, menyampaikan belasungkawa atas bencana yang baru saja terjadi di Bata.

BACA JUGA: Jet Setan Iran Dibajak, Ancamannya Bisa Buat Orang Mati Berdiri

Sementara, William Lawrence, mantan diplomat Amerika Serikat dan petugas keamanan regional di Afrika Barat, menyebut insiden itu sangat mengejutkan dan mengatakan Guinea Ekuatorial tidak siap untuk bencana skala ini.

“Guinea Ekuatorial adalah salah satu negara terkaya di Afrika, dengan distribusi kekayaan minyak paling sedikit. Ada banyak upaya kudeta sejak kemerdekaan dan ini akan mengguncang perahu," tutur dia.(*)

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co