Perang Dagang AS dan China Mendidih, Dunia Dibuat Melongo

05 April 2021 19:48

GenPI.co - Perekonomian dunia sedang menuju pertumbuhan tercepat dalam lebih dari setengah abad tahun ini, namun perbedaan dan kekurangan dapat menahannya untuk mencapai puncak sebelum pandemi dalam waktu dekat.

Dilansir Bloomberg, Senin (5/4/2021), dilaporkan AS terus memompa keluar triliunan dolar stimulus anggaran dan melanjutkan perannya sebagai penjaga ekonomi global.

BACA JUGA: Manuver Indonesia Mematikan, Gandeng China Buat Hajar Myanmar

Sementara, China juga melakukan bagiannya, membangun keberhasilannya dalam melawan virus korona tahun lalu bahkan ketika mulai menarik kembali sebagian dari bantuan ekonominya.

Namun tidak seperti setelah krisis keuangan 2008, pemulihannya tampak timpang, sebagian karena peluncuran vaksin dan dukungan fiskal berbeda antar negara.

Di antara yang tertinggal adalah sebagian besar pasar negara berkembang dan kawasan euro, di mana Prancis dan Italia telah memperpanjang pembatasan aktivitas untuk menahan virus.

"Sementara prospek membaik secara keseluruhan, prospeknya sangat berbahaya," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dalam keterangnnya.
 
Perbedaan ini ditangkap oleh rangkaian pertumbuhan global sekitar 1,3% kuartal ke kuartal dalam tiga bulan pertama tahun 2021.

Namun, sementara AS terpental, Prancis, Jerman, Italia, Inggris, dan Jepang mengalami kontraksi . Di pasar negara berkembang, Brasil, Rusia, dan India semuanya jelas-jelas dikalahkan oleh China.

Untuk keseluruhan tahun, Bloomberg Economics memperkirakan pertumbuhan 6,9%, rekor tercepat sejak 1960-an.

Di balik prospek yang menggembirakan itu terlihat ancaman virus yang menyusut, stimulus AS yang meluas, dan tabungan triliunan dolar yang terpendam.

Banyak hal juga akan bergantung pada seberapa cepat negara dapat menginokulasi populasi mereka dengan risiko bahwa semakin lama waktu yang dibutuhkan semakin besar kemungkinan virus tetap menjadi ancaman internasional terutama jika varian baru berkembang.

“Pelajarannya di sini adalah tidak ada trade-off antara pertumbuhan dan pengendalian,” terang Mansoor Mohi-uddin, kepala ekonom di Bank of Singapore Ltd.

BACA JUGA: Militer Myanmar Bisa Jumpalitan, Diam-diam Ada Manuver Mematikan

Selain itu, Kepala ekonom JPMorgan Chase & Co. Bruce Kasman menambahkan dia belum melihat kesenjangan yang begitu lebar dalam 20 hingga 25 tahun dalam perkiraan kinerja AS dan negara maju lainnya jika dibandingkan dengan pasar negara berkembang.

Itu sebagian karena perbedaan distribusi vaksin. Tetapi itu juga tergantung pada pilihan kebijakan ekonomi yang dibuat oleh berbagai negara.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co