GenPI.co - Psikolog Mahdia Fadhila mengatakan, post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah salah satu gangguan yang cukup berat dan berbeda dengan trauma secara umum.
“Sebagian dari kita mungkin pernah mengalami kejadian traumatis, tapi tak semua orang mengalami PTSD,” ujarnya dalam Webinar World Mental Health Day 2021 Komunitas Patahkan Sekat, Minggu (17/10).
Menurut Mahdia, kejadian traumatis adalah respons emosional seseorang terhadap peristiwa yang sangat negatif. Hal itu membuat seseorang kehilangan keseimbangan emosional.
Respons tersebut bermacam-macam, mulai dari cemas, mimpi buruk, flashback, sedih, hingga takut.
“Namun, jika gejala itu terjadi tak lebih dari satu bulan, kejadian traumatis tak sampai berubah menjadi PTSD. Jadi, perlu penanganan segera agar trauma tak menjadi PTSD,” ungkapnya.
Sementara itu, PTSD adalah gangguan klinis yang muncul sebagai dampak dari pengalaman traumatis seseorang.
Pengalaman traumatis yang bisa menyebabkan PTSD biasanya adalah kejadian yang mengancam nyawa dan menyebabkan luka berat, baik fisik maupun psikologis.
Dosen Psikologi Klinis UIN Antasari Banjarmasin itu mengatakan, gejala PTSD tak hanya terjadi pada orang yang mengalami pengalaman traumatis.
PTSD juga dapat terjadi kepada orang yang menyaksikan sebuah kejadian traumatis.
“Mereka menyaksikan kejadian yang menyebabkan psikisnya terguncang, lalu mengalami gejala PTSD,” katanya.
Selain itu, PTSD juga dapat dialami oleh siapa saja, mulai dari anak-anak hingga lansia.
Mahdia memaparkan bahwa satu dari 11 orang yang mengalami kejadian traumatis akan terdiagnosis PTSD.
“Ada juga yang membuat perbandingannya satu dari tiga yang mengalami kejadian traumatis akan terdiagnosis PTSD,” paparnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News