GenPI.co - Spesialis Mata dr. Zoraya A Feranthy mengatakan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi pada 2050, setengah populasi dunia akan mengalami mata minus.
Zoraya menuturkan bahwa kondisi mata minus alias miopi dianggap sebagai gangguan refraksi tertinggi dunia hari ini.
Menurut Zoraya, miopi pada prinsipnya kondisi ketidaksesuaian antara panjang bola mata dengan kekuatan optiknya, sehingga seseorang tidak bisa memfokuskan cahaya pada retina.
“Kondisi tersebut membutuhkan lensa minus untuk bisa menjatuhkan bayangan tepat di retina,” ujarnya, dilansir dari Antara, Kamis (24/11).
Terkait penyebabnya, Zoraya mengatakan bahwa anak yang jarang terpapar sinar matahari akibat pandemi covid-19 bisa menderita mata minus.
Selain itu, ada beberapa penyebab lain, seperti kekurangan vitamin D hingga faktor genetik.
"Apakah faktor genetik mutlak? Tidak, bisa juga dipengaruhi nutrisi, kebiasaan, lingkungan dan lainnya," katanya.
Oleh karena itu, Zoraya menyarankan agar mata anak harus tetap diperiksakan ke dokter walaupun tidak ada keluhan.
Zoraya mengatakan bahwa skrining rutin mata penting untuk dilakukan dan tak harus menunggu sampai ada keluhan.
“Lewat skrining mata, banyak penyakit mata yang bisa kita cegah," kata anggota Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia itu.
Menurutnya, tidak ada salahya melakukan skrining untuk lebih berhati-hati.
"Bisa jadi anak tidak memberikan gambaran sama sekali tetapi ternyata minusnya (sudah) tinggi," ungkapnya. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News