3 Dampak Buruk Puasa Intermiten dalam Menurunkan Berat Badan

16 Maret 2024 20:40

GenPI.co - Puasa intermiten telah mendapatkan popularitas dalam beberapa tahun terakhir sebagai upaya diet. Banyak orang yang bergantung pada metode menurunkan berat badan ini. 

Namun, seperti pola makan lainnya, puasa intermiten juga memiliki dampak positif dan negatif terhadap kesehatan.

Meskipun beberapa orang mungkin mengalami hasil positif, orang lain mungkin mengalami dampak buruk. 

BACA JUGA:  Pentingnya Mengonsumsi Brokoli Saat Sedang Menjalani Program Diet

Dilansir Times of India, berikut potensi dampak buruk dari puasa intermiten.

1. Defisiensi nutrisi

Puasa intermiten membatasi waktu makan, sehingga sulit mengonsumsi nutrisi penting dalam jumlah yang cukup dalam jangka waktu terbatas.

BACA JUGA:  Penelitian Sebut Diet Yo-yo Membahayakan Kesehatan Fisik dan Mental

Bergantung pada protokol puasa yang diikuti, seseorang mungkin kesulitan memenuhi kebutuhan hariannya akan vitamin, mineral, dan nutrisi penting lainnya.

Puasa yang berkepanjangan tanpa perencanaan nutrisi yang tepat dapat menyebabkan kekurangan nutrisi seperti vitamin A, D, E, K, vitamin B, kalsium, zat besi, dan seng.

BACA JUGA:  Kapan Waktu Makan Siang yang Disarankan Pakar Diet?

Selain itu, asupan makronutrien yang tidak memadai seperti protein, karbohidrat, dan lemak dapat berdampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.

2. Maag

Puasa yang terputus-putus dapat memperparah gejala maag akibat peningkatan produksi asam lambung selama periode puasa, sehingga berpotensi menyebabkan ketidaknyamanan, nyeri, dan memperparah lesi ulseratif.

Melewatkan makan atau berpuasa dalam waktu lama dapat semakin mengiritasi lapisan lambung, memperburuk gejala maag, dan menunda penyembuhan.

Penderita maag harus melakukan puasa intermiten dengan hati-hati dan berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum menerapkan program puasa apa pun.

Hidrasi yang tepat dan mengonsumsi makanan ramah maag selama jendela makan sangat penting untuk mengurangi potensi dampak buruk pada kesehatan perut.

3. Gangguan pola makan

Puasa intermiten dapat memicu gangguan pola dan perilaku makan, terutama pada individu yang rentan atau sedang mengalami gangguan makan seperti anoreksia nervosa atau bulimia nervosa.

Aturan dan peraturan ketat seputar periode puasa dapat memperburuk pikiran obsesif tentang makanan, berat badan, dan citra tubuh.

Bagi sebagian orang, puasa intermiten dapat menyebabkan siklus pembatasan dan episode makan berlebihan, karena periode puasa dapat memicu rasa lapar dan mengidam yang intens.

Siklus pembatasan dan makan berlebihan ini dapat menimbulkan perasaan bersalah, malu, dan kehilangan kendali, sehingga melanggengkan hubungan yang berbahaya dengan makanan. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Irwina Istiqomah

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co