GenPI.co - Kamu mungkin pernah mendengar tentang white noise yang digunakan untuk menutupi suara latar belakang. Kini, persaingannya penuh warna, termasuk pink noise.
Dilansir AP News, ada desas-desus yang berkembang seputar pink noise yang menenangkan dan efek teoretisnya terhadap tidur, konsentrasi, dan respons relaksasi.
Ilmu pengetahuan ini masih baru dan hanya ada beberapa penelitian kecil yang mendukungnya.
Namun hal ini tidak menghentikan ribuan orang untuk mendengarkan berjam-jam suara-suara ini di YouTube dan aplikasi meditasi yang menyediakan palet suara-suara warna dengan langganan berbayar.
Pink noise mengecilkan volume pada frekuensi yang lebih tinggi, sehingga nadanya terdengar lebih rendah dan lebih mirip suara alami hujan atau laut.
White noise dan pink noise mungkin memberikan manfaat kecil bagi orang-orang dengan gangguan defisit perhatian/hiperaktif, menurut tinjauan terbaru terhadap studi ADHD terbatas.
Secara teori, hal ini membangunkan otak, kata peneliti ADHD dan rekan penulis Joel Nigg dari Oregon Health & Science University di Portland.
“Kebisingan memberikan rangsangan pada otak tanpa memberikan informasi, sehingga tidak mengganggu,” kata Nigg.
White noise telah digunakan untuk mengobati telinga berdenging atau berdengung, yang disebut tinnitus.
Para ilmuwan di Northwestern University sedang mempelajari bagaimana gelombang pendek pink noise dapat meningkatkan gelombang otak yang lambat saat tidur nyenyak.
Dalam penelitian kecil, denyut pink noise ini menunjukkan harapan dalam meningkatkan daya ingat dan respons relaksasi.
Pink noise memiliki profil frekuensi “sangat mirip dengan distribusi frekuensi gelombang otak yang kita lihat pada tidur gelombang lambat karena gelombang ini besar dan lambat,” kata Dr. Roneil Malkani, profesor neurologi di Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern Feinberg.
Jika penelitian Northwestern berhasil, hal ini dapat mengarah pada penemuan perangkat medis yang dapat meningkatkan kualitas tidur atau daya ingat melalui gelombang suara merah muda yang dipersonalisasi.
Namun masih banyak pertanyaan ilmiah yang belum terjawab, kata Malkani. “Masih banyak pekerjaan yang harus kami lakukan.” (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News