Analisis Pengamat Intelijen Bikin Melongo, Munarman Bisa...

30 April 2021 06:35

GenPI.co - Pengamat intelijen Stanislaus Riyanta blak-blakan mengatakan tak ada rekayasa dalam penangkapan eks Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI) Munarman. 

Menurut Stanislaus Riyanta, ada bukti kuat yang disebut telah dikantongi Densus 88 Antiteror Polri.

BACA JUGA: Kesaksian Jemaah: Intel Masuk Masjid, Suasana Mencekam, Munarman

Apalagi, dalam penggeledahan yang dilakukan Densus 88 Antiteror, ada sejumlah barang bukti yang dinilai membahayakan.

Di antaranya, sejumlah buku, atribut FPI sampai beberapa kaleng berisi serbuk putih dan cairan.

Polisi pun menyebut serbuk putih dan cairan itu, sebagai bahan bom yang mirip saat ditemukan di rumah teroris Condet dan Bekasi beberapa waktu lalu.

Melihat hal itu, Stanislaus Riyanta makin yakin Densus 88 tidak akan sembarangan menangkap Munarman. Bukti yang dikantongi dianggap sudah cukup kuat.

BACA JUGA: Rezeki Ajaib Bulan Mei Bikin 4 Zodiak Hidupnya Makin Sempurna

Selain itu, anggapan penangkapan kuasa hukum Habib Rizieq Shihab sebagai sebuah rekayasa dinilai merupakan hal yang sangat prematur.

"Densus 88 yang menangkap Munarman tentu sudah mempunyai bukti permulaan yang cukup," ungkapnya.

Berdasarkan pernyataan Mabes Polri, Munarman ditangkap karena terbukti keterlibatannya dalam pembaiatan ISIS di tiga lokasi berbeda.

"Dia juga ditangkap karena keterlibatannya dalam acara baiat ISIS di tiga tempat yaitu Makassar, UIN dan Medan," jelas Stanislaus Riyanta.

Sebelumnya, analisis Stanislaus Riyanta membeberkan tentang radikalisme dan terorisme masih menjadi pekerjaan rumah untuk diatasi di Indonesia.

Dia mengatakan itu untuk mengomentari aksi bom bunuh diri yang terjadi di Gereja Katedral Makassar.

Stanislaus Riyanta menilai, teror dan penangkapan anggota jaringan terorisme masih terus terjadi, salah satunya adalah kelompok Jemaah Islamiyah.

"Pada 2021 saja, Polri juga menangkap kelompok Jemaah Islamiyah di Jatim (22 orang), Sumbar (6 orang), Sumut (18 orang), Jakarta (2 orang), dan Tangerang (1 orang)," jelas Stanislaus Riyanta dalam keterangan tertulis.

Rangkaian penangkapan tersebut menunjukkan bahwa Jemaah Islamiyah masih eksis dan sudah menyebar di berbagai wilayah Indonesia.

Apalagi saat ini, Jemaah Islamiyah mampu melakukan program-program seperti dakwah, pendidikan, rekrutmen anggota baru.

Selain itu, Jemaah Islamiyah juga mengubah pola aksinya dengan menghindari aksi kekerasan untuk menghindari penangkapan massal.

"Mereka juga membangun bisnis seperti perkebunan sawit dan melakukan penggalangan dana dengan menyebarkan ribuan kota amal," beber Stanislaus Riyanta.

Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika Jemaah Islamiyah mampu mengirimkan anggotanya berlatih militer di Suriah di saat banyak pihak menduga bahwa kelompok tersebut sudah lumpuh.

Stanislaus Riyanta membeberkan bahwa Jemaah Islamiyah merupakan afiliasi dari Al-Qaeda. Dalam jangka panjang, mereka lebih berbahaya daripada kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan ISIS, seperti JAD dan MIT.

"Meskipun dalam jangka pendek, kelompok aliran ISIS cenderung lebih frontal dan nekad," jelas Stanislaus Riyanta.

Terkait dengan situasi Indonesia ke depan, maka Jemaah Islamiyah dapat dikategorikan sebagai salah satu sumber ancaman yang serius.

"Meskipun kemampuan anggota Jemaah Islamiyah saat ini tidak semilitan generasi pendahulunya, tapi tujuan Jemaah Islamiyah masih tetap sama yaitu mendirikan negara khilafah," ungkapnya.

Tujuan itulah yang menjadi titik ancaman bagi Indonesia yang mempunyai ideologi Pancasila.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co