GenPI.co - Akademisi politik Philipus Ngorang turut memberikan pandangannya terkait 75 pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Adapun 75 pegawai KPK tersebut dinyatakan tidak lolos Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), sebagai salah satu syarat untuk menjadi aparatur sipil negara (ASN).
BACA JUGA: 75 Pegawai Tak Lolos TWK Nonjob, Praktisi Analisis SK Kepala KPK
Ngorang mengatakan bahwa ada hal yang bisa dilakukan oleh 75 pegawai KPK itu selain curhat di publik, yaitu mendatangi langsung tim penguji untuk mencari tahu mengapa mereka bisa tak lolos.
“Hanya tim penguji yang mengetahui indikator dan ukuran pasti dari penilaian yang diberikan kepada jawaban para peserta ujian,” katanya kepada GenPI.co, belum lama ini.
Menurutnya, memang ada beberapa pertanyaan menyangkut keyakinan yang bisa diterjemahkan sebagai pelanggaran HAM oleh publik.
Namun, publik tak paham dengan maksud dari soal tersebut serta tidak mengerti dengan ukuran dan indikator penilaian para tim penguji.
“Pertanyaan seperti itu sebenarnya bisa menyasar langsung ke kepribadian orang,” ujarnya.
Oleh karena itu, untuk mengetahui latar belakang pembuatan soal ujian dan indikator penilaian jawaban peserta, harus tim penguji yang menjelaskannya.
Namun, Ngorang memaparkan bahwa tak mungkin jika tim pembuat soal membocorkan maksud di balik tiap-tiap butir soal Tes Wawasan Kebangsaan tersebut.
BACA: Pangeran Usulkan 75 Anggota KPK Tak Lolos TWK Ikut Tes PPPK
Pasalnya, hal itu bisa menjadi bumerang bagi keamanan negara dalam menjaga diri dari serangan radikalisme.
“Jadi, tak bisa dibuka begitu saja, karena itu rahasia. Tidak semua hal bisa dipublikasikan begitu saja,” paparnya.
Pengajar di Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie itu menuturkan, dengan mendatangi tim penguji secara langsung, para pegawai KPK yang tidak lolos itu bisa mendapatkan penjelasan secara langsung.
“Mereka bisa mendapatkan penjelasan secara langsung mengapa mereka tidak lolos,” tuturnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News