GenPI.co - Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora kembali membuat resah usai melancarkan aksi teror dengan membunuh empat warga Poso, Sulawesi Tengah.
TNI-Polri diketahui masih mengupayakan untuk memburu kelompok tersebut, tetapi masih terkendala dengan kondisi geografis di sana.
BACA JUGA: Lokasi MIT Sudah Terdeteksi! Ingin Segera Diserang, Tapi...
Pengamat Intelijen dan Keamanan Alto Labetubun menilai, terdapat tiga unsur penting yang membuat pemberantasan tindak pidana terorisme MIT masih belum selesai hingga sekarang.
"Saya melihat unsur penting tindak pidana terorisme di Poso, yaitu medan, adaptasi taktik, dan dukungan," kata Alto melalui pesan teks kepada GenPI.co, Rabu (19/5)
Menurutnya, klaim dari Polri tentang kesulitan terhadap medan memang benar adanya.
Dia menjelaskan, faktanya medan di mana MIT berada itu sulit dan luas. Selain itu, vegetasi yang lebat, dan kontur bergunung dengan cuaca yang tidak stabil menyulitkan operasi tersebut.
"Pengerahan pasukan dalam melakukan perburuan atau penyekatan pun menjadi terkendala karena medan yang dimaksud," paparnya.
Alto lebih lanjut mengatakan, kendala komunikasi menjadi unsur yang perlu diperhatikan selanjutnya.
BACA JUGA: Ini Jaminan LPSK, 4 Korban MIT Poso Akan Mendapatkan...
Sebab, dia menyebutkan MIT telah membatasi membatasi komunikasi dengan alat apa pun, sehingga pencarian melalui metode tracing digital menjadi sulit.
"Mereka juga sangat membatasi penggunaan alat komunikasi digital, seperti HT dan telepon seluler sehingga pelacakan digital sulit mendapatkan pola geraknya," tambahnya.
BACA JUGA: Arief Poyuono Mendadak Tebar Ancaman, Jokowi dan KPK Dengarlah!
Ketiga, kata Alto, MIT masih memiliki pendukung yang tersebar di wilayah Poso. Pendukung tersebut bahkan mampu mengelabui dengan melakukan gerakan ke dalam hutan.
"Ada beberapa kejadian yang mana pendukung mereka melakukan gerakan ke hutan, hanya untuk mengelabui aparat penegak hukum. Jadi, membuat bingung aparat kita," ucap dia. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News