GenPI.co - Pengamat politik Tony Rosyid menilai elite politik yang duduk di bangku kekuasan makin jauh dari aspirasi dan harapan rakyat.
Lantas siapa elite politik yang dimaksud? Ternyata mereka yang duduk di eksekutif dan legislatif.
"Mereka bekerja sendiri sesuai kepentingannya. Lalu, di mana kepentingan rakyat? Tetap ada, tetapi kepentingan elite lebih utama," katanya kepada GenPI.co, Kamis (2/8).
Dia menjelaskan, elite politik mengedepankan atas nama rakyat ramai hanya saat pemilu.
Pasalnya, mendengarkan aspirasi rakyat terjadi hanya ketika kampanye.
"Selebihnya, agenda mereka seringkali bukan menjadi agenda rakyat," jelasnya.
Hal itu dilihat dari revisi UU KPK dan UU Omnibus Law Cipta Kerja yang mendapat protes masif dan didemo oleh massa dari berbagai elemen bangsa, tetapi kebijakan itu mulus-mulus saja.
"Alasan apa mereka mengesahkannya? Adakah kepentingan rakyat di situ? Anda pasti tahu jawabannya," jelasnya.
Selain itu, RUU HIP yang juga diprotes, hingga hari ini tidak dicabut keberadaannya di prolegnas.
"Seperti sedang menunggu di tikungan. Ada waktu yang tepat, bahas. Rakyat lupa, lanjut lagi. Sak karepmu dewe!," ujarnya.
Tony juga memberikan perhatian terhadap isu amendemen UUD 45.
Baginya, kondisi itu tandanya bakal ada lobi-lobi tingkat elite terus bergerilya.
"Sejumlah orang ngotot dan sedang cari dukungan. Kabarnya, sudah ada sepertiga anggota DPR yang siap mengusulkan. Syarat sudah terpenuhi," jelasnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News