GenPI.co - Direktur Riset Indonesian Presidential Studies (IPS) Arman Salam mengatakan pemilih di Indonesia mayoritas irrasional, yang mana parameter terhadap pilihan baru pada tahapan personality.
“Belum masuk pada kinerja yang di dalamnya, seperti kualitas dan kapasitas,” ucapnya kepada GenPI.co, Sabtu (11/9).
Menurut Arman hal itu disebabkan karena jangkauan informasi yang masih belum merata. Sehingga masih sedikit orang yang tahu betul akan kualitas kinerja seorang calon wakil rakyat.
“Selain itu, taraf pendidikan yang juga belum merata serta kesenjangan yang menimbulkan fragmatisme, tentunya berpengaruh juga terhadap kualitas atau output dalam sebuah kontestasi,” sambungnya.
Namun, seiring dengan teknologi diharapkan Indonesia bisa memilih presidennya yang berbasis pada rasionalitas dan kualitas kinerja.
“Bukan hanya pada tingkatan kenal, suka, atau pantas saja,” imbuhnya.
Arman menjelaskan perihal pemilihan kepala negara di negara maju.
“Di sana, saat pemilihan baik kepala daerah maupun presiden, tim, calon, atau penyelenggara berhak 'menelanjangi' calon dari sisi kinerja dan kualitas, sehingga publik paham dan tau seperti apa tipe pemimpinnya kedepan,” bebernya.
Dengan analisis yang demikian, menurutnya, dapat menghasilkan produk demokrasi yang berkualitas.
“Adu visi dan misi serta argument, sehingga produk dari demokrasi itu menjadi berkualitas,” tukasnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News