GenPI.co - Menko Polhukam Mahfud MD selaku Ketua Pengarah Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) menjelaskan posisi Indonesia di tengah perkembangan konflik di Laut China Selatan.
Hal itu disampaikan Mahfud usai rapat Koordinasi Pengelolaan Perbatasan Negara bersama Mendagri Tito Karnavian selaku Kepala BNPP di Kantor Bupati Natuna, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Selasa (23/11).
"Indonesia berada pada posisi tidak menjadi bagian dari konflik tersebut," ujar Mahfud MD.
Namun, Indonesia memiliki wilayah kedaulatan dan yurisdiksi di Laut Natuna Utara, sehingga sangat berkepentingan terhadap keamanan di wilayah tersebut.
Mahfud menambahkan bahwa kepentingan Indonesia mencakup keutuhan wilayah, stabilitas kawasan, dan kepentingan ekonomi.
"Kepentingan keutuhan wilayah terkait kekhawatiran atas klaim nine dash line di Laut China Selatan menyentuh klaim Indonesia di wilayah yurisdiksi yang saat ini sedang proses perundingan dengan Vietnam," kata Mahfud.
Mahfud menjelaskan bahwa konflik tersebut dapat berdampak terhadap stabilitas keamanan Indonesia di Laut Natuna Utara dan kawasan.
Sementara itu, kata Mahfud, kepentingan ekonomi Indonesia menyangkut hak berdaulat atas sumber daya alam di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen.
Untuk itu, Mahfud menekankan soal ancaman kejahatan transnasional yang berpotensi masuk melalui perbatasan negara dan ancaman terhadap kedaulatan dan hak berdaulat negara di wilayah yurisdiksi Indonesia.
"Pengendalian keamanan mutlak dilakukan di wilayah Laut Natuna Utara melalui peningkatan patroli pengaman laut terpadu dan penguatan kerja sama antar negara dalam rangka menjaga stabilitas keamanan laut dan kawasan," tandas Mahfud. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News