Masyarakat Indonesia Umumnya Tidak Toleran, Kata SMRC

15 April 2022 01:00

GenPI.co - Lembaga Survei SMRC mengumumkan masyarakat Indonesia umumnya tidak toleran.

Peneliti Politik Saiful Mujani menilai hal itu dapat mempengaruhi demokrasi Indonesia.

Pasalnya, salah satu elemen utama untuk mendukung demokrasi adalah adanya toleransi yang kuat dalam masyarakat.

BACA JUGA:  Telak, SMRC Sebut Hanya 5 Persen Publik Dukung Presiden 3 Periode

“Selama ini banyak orang, terutama kalangan luar Indonesia, yang menganggap masyarakat Indonesia toleran, moderat, dan muslimnya moderat,” ujarnya dalam acara Bedah Politik, Kamis (14/4).

Saiful mengatakan kalau ingin melihat seberapa jauh masyarakat Indonesia toleran atau tidak toleran, pertama-tama yang harus jelas terlebih dahulu adalah apa yang dimaksud dengan toleransi.

BACA JUGA:  Anies Baswedan Makin Lemah, Ganjar Kian Bersinar, Hasil SMRC

Toleransi, menurut Saiful, adalah willingness atau keinginan untuk menerima perbedaan, termasuk dengan orang yang tidak kita setujui.

Tiap orang harus rela memberikan kesempatan yang sama pada siapa pun untuk mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara.

BACA JUGA:  Ganjar Pranowo Melejit, Puan Maharani Positif, Hasil Survei SMRC

“Kalaupun kita tidak setuju dengan yang diperjuangkannya, itu hak dia. Kamu punya keinginan A, saya punya keingan B. Kita kontes saja,” ungkapnya.

Namun, semua itu harus dilindungi secara sama oleh negara, bahwa seseorang bisa memperjuangkan hak-haknya, orang lain juga demikian.

“Toleransi adalah membolehkan atau memberi kesempatan pada orang, termasuk pada yang tidak kita sukai,” tambahnya.

Saiful Mujani mengemukakan data survei yang dilakukannya dari 2004 sampai 2017.

Pertanyaan mendasar yang diajukan dalam survei-survei itu adalah apakah ada masyarakat yang paling anda tidak sukai.

Dari data itu ditemukan bahwa mayoritas warga menyatakan ada kelompok masyarakat yang paling mereka tidak sukai.

Angkanya fluktuatif, sempat 81 persen dan 85 persen, turun sampai 2013, tetapi kemudian naik kembali.

Lalu, pada survei 2017, angkanya 67 persen. Delapan tahun terakhir, angka ini mengalami kenaikan.

“Sementara itu, yang menyatakan tidak ada kelompok yang dibenci, juga lumayan besar, tapi tidak mayoritas, yaitu 32 persen,” tuturnya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Pulina Nityakanti Pramesi

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co