GenPI.co - Media asing menyoroti Pilkada serentak di Indonesia karena tak lepas dari dinasti politik. Seperti anak dan menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berlaga di Pilkada.
Lalu, ada putri Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan keponakan Menhan Prabowo Subianto juga maju dalam pilkada.
BACA JUGA: Gibran Dapat Pukulan Telak dari Lawannya, Ternyata
Dalam artikel yang berjudul "Indonesian politics is becoming a family affair", media Inggris The Economist mengatakan Jokowi pernah bersumpah bahwa para politisi baru di lingkaran keluarganya tidak akan bergantung padanya.
Bahkan, media tersebut menyebutkan istilah dinasti pemerintahan. Menanggapi hal tersebut pengamat politik Emrus Sihombing mengatakan istilah tersebut tidak tepat.
“Disebut Dinasti, bila turun temurun tanpa adanya pemilu. Namun, jika ada pemilu saya kira sebutan dynasty itu tidak tepat,” ujarnya kepada GenPI.co, Sabtu (5/12).
Emrus juga mengatakan, istilah tersebut kerap kali digunakan oleh pihak tertentu untuk kepentingan politik.
“Istilah itu acap kali digunakan politik tertentu untuk men-down grade paslon tertentu,” imbuhnya.
Dia juga menjelaskan jika orang tua memiliki nama besar dan berpengaruh terhadap anaknya, merupakan hal yang wajar.
BACA JUGA: Pak Jokowi, Segera Tunjuk Pengganti Edhy Prabowo
“Kalau bapaknya punya nama besar, seperti kejujuran dan berintegritas, wajar kalau anaknya mendapatkan pengakuan,” paparnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News