GenPI.co - Pengamat politik Ray Rangkuti mengatakan bahwa partai politik di Indonesia rentan mengalami gangguan dari pihak eksternal.
Hal itu terjadi karena partai politik memiliki jarak yang sangat jauh dari para pemilihnya.
BACA JUGA: Heboh Pengakuan Rizal Ramli, Beber Curhat Pendiri Demokrat
“Identifikasi publik terhadap partai politik bahwa mereka adalah bagian dari partai politik tertentu itu makin rendah,” ujarnya dalam diskusi Formappi daring beberapa waktu lalu.
Menurut Ray, hal itu mengakibatkan hilangnya penghormatan terhadap aktivitas partai politik.
“Jadi, partai politik itu sedang diobok-obok oleh pihak luar, tidak akan ditolak oleh masyarakat,” katanya.
Namun, aktivis itu menilai bahwa respons publik terhadap kasus konflik Partai Demokrat (PD) agak meningkat.
“Saat ini, publik cenderung memperlihatkan pandangan negatif mereka terhadap proses akuisisi dari kubu pro-KLB PD terhadap kepemimpinan sahnya,” tuturnya.
BACA JUGA: Jika Ganjar dan Anies Maju Bersama, Maka 2024 Bakal….
Pendiri Lingkar Madani (Lima) itu menilai publik tidak merasa memiliki partai politik, sehingga mereka merasa tak perlu memperbincangkan persoalan tersebut lebih jauh.
“Efek dari ini akhirnya akan mengarah pada tingkatnya praktik politik uang dalam setiap penyelenggaraan pemilu,” jelasnya.
Hal itu mengakibatkan partai politik memiliki ketergantungan kepada pendanaan yang berlebihan, tetapi tak mempunyai sumber dana yang tetap.
"Pendanaan partai politik yang seret ditambah kebutuhannya yang tinggi membuat kencenderungan untuk melakukan korupsi menjadi tinggi," ungkapnya.(*)
BACA JUGA: Keras, Herzaky Sebut Kubu Sebelah Berpolitik Gaya Preman
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News