Tulisan Tangan Wasiat Penyerang Mabes Polri Dianalisis, Hasilnya?

03 April 2021 12:40

GenPI.co - Zakiah Aini melakukan aksi penyerangan di Mabes Polri pada Rabu  (31/3/2021). Dia menggunakan senjata dalam aksi seorang diri (lone wolf) tersebut.

ZA meninggalkan pesan atau wasiat yang ditulis tangan di dua lembar kertas.

BACA JUGASenjata Penyerang Mabes Polri Dibongkar, Hasilnya Mencengangkan

Grafolog Deborah Dewi menganalisis tulisan tangan dalam surat wasiat ZA.

Deborah menyimpulkan, jika pelaku memiliki rasa cemas, tidak mampu, dan kurang percaya diri. 

"Perasaan tidak aman ini wajar dimiliki oleh semua orang. Namun akan berkembang menjadi perilaku yang tidak wajar, jika kompensasi untuk mendapatkan rasa aman diisi oleh hal-hal yang destruktif, seperti layaknya yang dilakukan oleh para perekrut teroris menjanjikan hal-hal yang konstruktif yang semu," kata Deborah kepada JPNN, Jumat (2/4/2021). 

Deborah melanjutkan, meskipun secara verbal memberikan alasan yang berbau spiritual, tetapi indikator grafis di dalam sampel tulisan tangan justru tidak menunjukkan dorongan spiritual yang kuat untuk mengeksekusi secara jihad.

BACA JUGAMabes Polri Diserang, Ernest Prakasa Ucapkan 1 Kata

"Untuk ZA, dorongan yang utama adalah kemarahan atas status sosial atau nonmaterial yang melekat pada dirinya," kata dia. 

Kata Deborah, kelemahan emosional dan intelektual di antara pelaku menjadi celah sehingga berhasil direkrut menjadi eksekutor teroris. 

Deborah menjelaskan, semua kelas sosial sebenarnya bisa saja direkrut menjadi pelaku terorisme dengan pendekatan yang berbeda-beda. 

Untuk itu, ujarnya, sebagai solusi awal pencegahan, adalah meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri dan orang-orang yang dikasihi untuk menghindari paparan radikalisme yang menyesatkan. 

"Beberapa indikator grafis yang terdapat pada sampel tulisan tangan eksekutor terorisme bukan tidak mungkin terdapat pada diri kita sendiri atau keluarga kita," ungkap Deborah.

Terpenting lainnya, tambah dia, agar setiap orang menyadari rasa tidak aman, cemas, dan kurang percaya diri, semuanya itu normal serta bisa diatasi dengan intervensi perilaku yang tepat. 

Salah satu solusinya adalah mengisinya dengan hal-hal yang konstruktif, bukan konstruktif semu seperti menerima janji ke surga dengan cara membunuh diri sendiri dan orang lain. 

Deborah juga memberikan tips kepada masyarakat untuk mencegah paparan radikalisme di lingkungan keluarga dan lingkungan. 

Syaratnya, memiliki kesadaran diri yang baik tentang kondisi mental dan emosional diri sendiri maupun keluarga. 

"Jika kita menyadari kondisi diri sendiri yang sedang diliputi kecemasan, misalnya pergi lah mencari solusi yang tepat (yang membangun). Hindari jebakan solusi rasa aman palsu (janji pasti masuk surga), sementara yang menjanjikan sendiri tidak melakukannya," ujar Deborah. (*/JPNN)

Sumber: Dok. pribadi/JPNN

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Linda Teti Cordina

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co