GenPI.co - Akademisi Ilmu Pemerintahan Rochendi menilai bahwa kepercayaan publik kepada pemerintah mungkin akan kembali jika Presiden Joko Widodo memberikan respons yang baik saat kedatangan Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) enam laskar FPI di istana.
“Jokowi bisa saja merespons ‘Terima kasih, Pak Amien Rais. Saya akan perhatikan usulan itu”. Namun, hal itu tidak dilakukan oleh Jokowi,” ujarnya kepada GenPi.co.
BACA JUGA: Pengamat Top Acungi Jempol Pemerintah Jokowi Karena Ini, Bacalah!
Rochendi mengatakan bahwa pemerintah memiliki kecenderungan untuk melihat pihak oposisi sebagai makar.
“Orang yang berhadapan dengan pemerintah, pasti mau menjatuhkan pemerintah. Selalu dilihatnya dengan kacamata seperti itu, padahal tidak,” paparnya.
Pengajar di Universitas Sutomo, Serang, itu pun mencontohkan situasi tersebut dengan seorang anak yang pulang terlambat lalu dimarahi dan disalahkan oleh orangtuanya.
BACA JUGA: AHY Ditantang Minta Maaf Kepada Pemerintah, Harus Jantan!
“Seolah-olah anak itu melakukan sesuatu seperti yang dituduhkan oleh orangtuanya. Padahal, anaknya nggak melakukan itu. Bisa saja, misalnya ban motornya bocor, jadi wajar jika anak tersebut tidak terima dimarahi dan bereaksi,” katanya.
Oleh karena itu, Rochendi memperingatkan bahwa kemarahan politikus senior Amien Rais dalam pertemuannya bersama Presiden Jokowi bisa merupakan sebuah ancaman atau doa.
Seperti diketahui, Amien Rais menjadi juru bicara TP3 saat berdialog dengan Presiden Jokowi di Istana, Selasa (9/3).
Saat itu, Amien mengutip ayat yang menyatakan bahwa akan ada azab yang pedih dan siksa neraka bagi mereka yang tak mau mengusut kasus penembakan enam laskar FPI.
“Amien Rais mungkin tak punya kekuatan untuk menjatuhkan Jokowi. Namun, ucapan Amien Rais itu sebagai sebuah peringatan kepada Jokowi tentang konsekuensi yang akan diterima Jokowi jika tak mau mengusut kasus itu,” jelas Rochendi.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News