Olah Teh Secara Tradisional, Rina Manis Dapat Cuan Menggiurkan

17 Juni 2021 07:10

GenPI.co - Rina Haryati, owner Sangan Simbah mencoba terus menjaga resep nenek moyang dalam pembuatan teh.

Kepada GenPI.co, Rina bercerita bisnisnya ini dimulai pada 2019. Saat itu seorang teman yang bekerja di Disperindag menawarinya mengikuti wirausaha pemula.

"Awalnya bingung mau usaha apa. Lalu, dia bertanya soal teh yang sering aku bawa, dia bilang 'kenapa enggak usaha teh saja, enak itu tehmu'," kata Rina kepada GenPI.co, Selasa (15/6/2021).

BACA JUGA:  Kenny Buka Toko Somay Tante Teni di Mal, 2 Tahun Udah Balik Modal

Rina memetik teh dari kebun orang tuanya sendiri.

Dia ingin membuat teh lebih dihargai dan resep nenek moyangnya bisa tersebar lebih luas lagi.

BACA JUGA:  Sarjana Cantik & Jago Masak, Kini Devina Sukses Bisnis Bake Haven

Salah satu yang memicunya ialah harga teh basah yang jatuh. Saat itu teh basah hanya dihargai Rp 1.700 per kilogram dari sebelumnya Rp 2.500. Begitu pula dengan teh halus yang hanya dihargai Rp 10.000 dari sebelumnya Rp 20.000 per kilogram.

Namun, tantangan justru datang dari dalam. Pada fase-fase awal, Rina sebenarnya mendapatkan keraguan dari orang tuanya.

BACA JUGA:  Awalnya Buka Bengkel di Desa, Kini Siswanto Dapat Puluhan Juta

"Orang tua bilang bikin teh dari pucuk daun muda itu enggak mudah. Butuh tenaga dan modal yang besar. Nanti mau dijual kemana? Aku cuma bilang, nanti ada jalan," katanya.

Teh Sangan Simbah (foto: Dok. Rina)

Pelan-pelan, bisnisnya mulai berjalan. Dari yang tadinya hanya ada satu jenis teh. Kini Rina punya beberapa jenis, mulai teh hijau, teh hitam, hingga teh premium.

Untuk teh hijau premium dihargai sekitar Rp 23 ribu per 50 gram atau Rp 350 per kilo dan teh hitam Rp 300 ribu per kilogram.

Adapun, untuk teh kelas biasa dihargai Rp 1.000 sampai Rp 60.000-an.

Menurutnya, untuk teh kelas standar biasanya banyak dibeli untuk konsumsi rumah tangga, tetapi teh premium biasanya banyak di beli di kota dan penjualan online.

Rina masih mempertahankan teh ramuan simbah. Tehnya ini diolah menggunakan sangan atau tembikar.

Proses pengolahan yang masih menggunakan wadah dari tanah serta kayu bakar membuat cita rasa yang dihadirkan berbeda.

Kalau sedang ramai, ratusan pak bisa terjual olehnya. Kadang kala Rina kewalahan karena produksi yang masih terbatas dan tradisional membuatnya tak bisa mengolah dalam jumlah besar sekaligus. Semua itu tentu meningkatkan cuan yang diperoleh Rina.

Hidup di dekat kebun teh, punya sejarah yang panjang dengan teh, membuat Rina berpandangan teh bukanlah sekadar minuman.

"Bagi saya teh itu punya nyawa. Jadi, perlu perlakuan yang spesial. Kalau teh enggak dipetik, ia akan tetap tumbuh ke atas. Ada roh yang harus di sana," katanya.(*)

Rina mengolah tehnya secara tradisional (foto: Dok. Rina)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co