Dapat Modal dari BRI, Kini Omzet Bisnis Zetria Rp 200 Juta/Bulan

18 Juni 2021 07:10

GenPI.co - Zetria tidak menyangka jika keputusannya yang awalnya menjadi wirausaha skala mikro, mengantarkannya meraih kesuksesan.

Pada awalnya dia bekerja di perusahaan swasta. Lalu berhenti bekerja, menyusul sang suami yang tinggal di Padang, Sumatera Barat.

Perempuan berhijab ini memulai usaha pada 2007, pilihannya memproduksi kerupuk kulit.

BACA JUGA:  Kenny Buka Toko Somay Tante Teni di Mal, 2 Tahun Udah Balik Modal

Ternyata produk kerupuk kulitnya mendapat respons yang baik dari konsumen.

Bisnis kerupuk kulit dan kerupuk balado khas Minang bahkan mengantarkan Zetria, menjadi pengusaha sukses.

BACA JUGA:  Lili Usaha Ayam Petelur, Bisnis Sampingan Omzet Rp 10 Juta/Bulan

Dilansir dari laman BRI, omzet wanita asal Padang ini mencapai Rp 200 juta per bulan.

Padahal modal awal usahanya hanya Rp50 ribu. Uang tersebut digunakan untuk membeli 15 kilogram kulit sapi sebagai bahan baku selama sepekan.

BACA JUGA:  Sempat Terbelit Utang, Sarjana Ganteng Ini Sukses Ternak Sapi

Sesuai dengan permintaan pasar, produksi kerupuk kulit besutan Zetria semakin meningkat hingga 70 kilogram per hari.

Melihat peluang usaha yang prospektif, Zetria memberanikan diri untuk mulai meminjam modal usaha ke BRI.

Pada 2008, dia meraih pinjaman sebesar Rp30 juta dari BRI.

“Saya pinjam pertama kali Rp 30 juta karena membutuhkan modal untuk membeli mobil biar memudahkan transportasi. Alhamdullilah saya sangat terbantu dengan pinjaman modal dari BRI,” ujar Zetria.

Bisnisnya terus berkembang dan BRI mempertimbangkan kelancaran pembayaran, maka pinjaman modal usaha terus bertambah hingga menjadi Rp 650 juta.

Pada 2011, Zetria berinovasi mengembangkan kerupuk balado khas Minang.

Kerupuk balado melengkapi produksi kerupuk kulitnya.

Untuk meningkatkan omzetnya, kerupuk tersebut juga dijual di warung-warung kecil, minimarket, dan pusat oleh-oleh di Padang dan daerah sekitarnya.

Kini, dalam sehari dia mampu memproduksi hingga 10 ribu bungkus kerupuk kulit dan kerupuk balado. Harganya mulai Rp 1.000 hingga Rp 40.000 per bungkus, tergantung kebutuhan pelanggan.

Untuk menjalankan bisnisnya tersebut, Zetria mempekerjakan 15 orang yang tinggal di sekitar rumahnya.

Dari jumlah itu sekitar 70 persennya didominasi oleh pekerja perempuan untuk kebutuhan pengemasan produk. Keputusan tersebut juga karena Zetria ingin memberdayakan perempuan yang ada di daerah sekitarnya, yang tidak memiliki pekerjaan.

“Saya ingin memberdayakan perempuan sekitar seperti janda-janda atau yang belum menikah, makanya pekerja saya didominasi kaum perempuan,” katanya.

Para pekerja tersebut biasanya digaji harian, dengan nominal yang bervariasi. Semua tergantung dengan kemampuan pekerja dalam mengejar target membungkus kerupuk.

Di saat pandemi, Zetria mengungkapkan usahanya tidak terlalu terdampak. Karena produk yang dijualnya tetap banyak yang membutuhkan untuk dikonsumsi.

Tantangan yang dihadapi dalam usaha kerupuk kulit ini lebih pada ketersediaan bahan baku kulit sapi.

Dia kerap mengalami kesulitan ketika bahan baku kulit sapi jarang di pasaran. Kalaupun ada, kualitasnya kurang sesuai harapan.

Namun semuanya dihadapinya dengan gigih, dan hasilnya begitu menggembirakan.

Zetria kini mampu membeli ruko dan rumah petak sebanyak 12 unit serta 2 unit mobil.

Selain keberanian dan kreativitas dalam berinovasi, dukungan dari keluarga dan BRI dari sisi permodalan, saat ini membawa Zetria menikmati buah sukses dari usahanya yang maju dan berkembang. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Linda Teti Cordina

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co