GenPI.co - Kolaborasi Dhea Alfacitra dan ibu mertuanya dalam menjalankan bisnis kue kering dan brownies berbuah manis.
Sejak menjalankan bisnisnya sejak 2016, Dhea bisa terus mengembangkan usahanya.
Menurut Dhea, hasil olahan tangan sang ibu mertua tidak pernah gagal dan pasti selalu enak.
“Setelah dipikir-pikir, sepertinya kalau dijual, banyak yang akan suka,” ujar Dhea kepada GenPI.co, Rabu (9/3).
Dia pun memutuskan mulai menjual brownies dengan cara dari mulut ke mulut ke orang terdekat terlebih dahulu.
“Kami memilih menjual brownies karena peminatnya sudah jelas banyak dari berbagai umur dan kalangan,” katanya.
Saat itu, bisnisnya masih menggunakan nama Dmoms_Kitchen. Sebab, dia masih menjual makanan selain brownies.
“Baru pada 2020 membuat akun khusus brownies dengan nama Brownszing,” tambahnya.
Dhea mengatakan Brownszing tidak hanya menjual brownies, tetapi juga kue kering lain, seperti cookies, nastar, dan kastangel.
“Modal untuk satu buah pesanan tidak banyak, di bawah Rp 100 ribu,” ungkap Dhea.
Brownszing sendiri menggunakan sistem made by order. Artinya, pesanan baru dibuat setelah ada yang memesan.
“Biasanya kami ramai orderan untuk hampers hari raya ataupun acara tertentu,” kata wanita 25 tahun itu.
Dhea mengungkapkan pernah mendapat pesanan sebanyak 50 brownies dalam suatu acara pertunangan.
Namun, ada beberapa kendala yang cukup menghambat bisnis Brownszing tersebut.
“Kendala pertama, kami masih kesulitan untuk pengiriman keluar kota, sulit menjaga brownies tetap fresh dengan bentuk yang tidak hancur,” katanya.
Selain itu, kalau ada kegagalan di dapur, Dhea pasti jadi rugi. Namun, Dhea ingin mengirimkan kue yang terbaik ke pembeli.
“Tiap harinya kami selalu berusaha agar lebih baik lagi dan tidak melakukan kesalahan saat membuat brownies,” imbuhnya.
Menu andalan dari Brownszing sendiri ialah classic almond choco chip.
“Untuk hampers pada hari-hari tertentu, yang paling favorit dipesan ialah Brownies Lotus Biscoff,” tambahnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News