Ini Cerita Rumah Tradisional Jangga Dolok di Toba Samosir

11 Desember 2018 16:38

Salah satu buah kearifan lokal masyarakat Batak adalah rumah tradisional Jangga Dolok. Jumat (7/12) silam, rumah tradisional nan unik ini dikunjungi peserta acara Sarasehan Sinergisitas Diaspora Batak. Rumah adat ini  berada di Kampung Lumban Binanga, Desa Jangga Dolok , Kec. Lumban Julu, Kab. Toba Samosir.

Di lokasi, peserta sarasehan disambut dengan tari Tortor Utte Manis yang diiringi oleh musik Tagading. Penyambutan tarian ini sukses menarik perhatian peserta, mereka banyak mengambil gambar foto dan video menggunakan kamera ponsel maupun kamera

Selain disambut dengan tarian, para peserta juga disajikan penganan khas Batak seperti Kue Lappet. Kue ini dibungkus daun pisang tersebut terbuat dari  tepung beras tumbuk, gula merah dan kelapa parut. Penganan ini biasa dihidangkan pada saat acara pertemuan, pesta, dan acara acara adat.  Mereka terlihat senang dan sangat menikmati sajian kuliner khas Batak ini.

Baca juga: Sinergisitas BPODT dan Diaspora untuk  Wisata Danau Toba

Salah satu pelaksana pembangunan Rumah Tradisional Jangga Dolok, Sargondoli Manurung menjelaskan,Desa Jangga Dolok ini terkenal dengan rumah Batak yang tertua di Tobasa. Rumah ini berumur sekitar 250 sampai 300 tahun. Pada tahun 2016 rumah adat batak ini pernah terbakar. Ada sekitar 5 rumah yang terbakar. Kemudian dibangun  sesuai dengan yang aslinya selama 2 tahun dan selesai pada tahun 2018.

"Nenek moyang kami dahulu, membangun rumah ini selama 6 tahun secara gotong royong. Dikerjakan secara manual dengan alat alat tradisional, tetapi sekarang ini teknologi sudah maju sehingga pengerjaan bisa lebih cepat," kata Sargondoli.

Menurutnya ada 3 warna dalam rumah adat batak ini. Yakni warna merah, warna putih dan warna hitam. Semua cat menggunakan cat tradisional batak. Cat warna merah dibuat berasal dari batu hula, kemudian cat warna hitam dibuat dari tumbuh- tumbuhan yang dibakar. Ada sekitar 10 jenis tumbuhan dan ditumbuk.

 Sedangkan cat warna putih dibuat berasal dari tanah dari sawah atau sering disebut tanah buro.

Lebih lanjut Manurung menjelaskan Rumah batak ini dibuat dari bahan kayu terbaik di tanah batak, yaitu kayu poki. Pohon kayu poki sudah langka di daerah Toba ini.

"Pengeringan kayu dilakukan secara alami, kita bikin dulu d ihutan didiamkan selama 2 bulan kemudian baru kita bawa ditempat yang sejuk. Tiang-tiang semua terbuat dari kayu poki, kemudian carving terbuat dari kayu suren. Kelebihan rumah batak dibangun secara tradisional,  tidak menggunakan paku, kemudian menggunakan tali ijuk, mengunakan rotan dan diibangun sesuai aslinya," pungkasnya

Sementara Kepala Desa Jangga Rahmat Manurung mengaku senang akan kunjungan itu. "Banyak potensi wisata yang bisa dikembangkan disini, kita punya wisata budaya baik itu rumah adat, baik itu pertanian, kebiasaan kami sebagai petani dan wisata alam ekowisata itu yang kita jual" ujar Rahmat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co