
Bagi masyarakat Aceh, kata dia hari meugang merupakan momentum sangat berharga dan dirayakan walaupun dengan kondisi keuangan seadanya.
"Biasanya masyarakat Aceh jauh-jauh hari telah mempersiapkan dana untuk menyambut tradisi meugang tidak terkecuali bagi warga miskin sekalipun," kata M Adli Abdullah.
Ia menyebutkan, perayaan meugang memiliki beberapa dimensi nilai-nilai ajaran Islam dan adat istiadat masyarakat Aceh, yakni pertama nilai religius, dan kedua, nilai berbagi sesama.
"Bahkan, perayaan meugang ini merupakan momen bagi orang kaya untuk memberikan sedekah kepada fakir miskin dan anak yatim, khususnya yang berada di sekitar tempat tinggal mereka," kata Adli Abdullah.
Ketiga, nilai kebersamaan. Itu mengandung arti bahwa tradisi meugang menjadi hal yang penting karena pada hari itu akan berlangsung pertemuan silaturrahim yang berada di kampung dengan yang baru pulang dari perantauan.
"Pada hari meugang itu, masyarakat menyantap aneka masakan berbahan utama daging sapi dan kerbau secara bersama-sama di rumah orang tua atau orang yang dituakan dalam keluarganya," katanya menjelaskan.
Kemudian, makna yang keempat dari "meugang" tersebut yakni memberikan penghormatan kepada kedua orang tua.
"Ini juga mengandung makna bahwa seorang anak, terutama yang hidup di perantauan merindukan masakan daging dari orang tuanya, sehingga terkadang mereka khusus pulang ke kampung halaman pada setiap hari meugang," kata dia.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News