
Ekonomi pun tidak bisa menjadi alasan. Dibandingkan menggantungkan kemajuan ekonomi Kaltim kepada perusahaan tambang, ekonomi pariwisata harusnya bisa ditingkatkan oleh Pemprov Kaltim. Biduk-Biduk (kecamatan di Berau) yang makin lama makin banyak peminatnya pun rasanya kurang diperhatikan. Akses jalan menuju ke sana masih sangatlah susah dan merepotkan.
Kedua, yaitu keinginan Pak Isran, maupun Abi saya, untuk menjadikan Kaltim, dalam hal ini Bukit Soeharto, sebagai ibu kota baru. Menjadikan Bukit Soeharto yang notabene merupakan daerah hutan lindung sebagai ibu kota justru membuat eksploitasi lingkungan semakin tidak terbendung. Apalagi jika nantinya ibu kota yang baru ini menjadi pusat ekonomi.
Pada akhirnya, saya (masih) percaya bahwa, Wakil Gubernur Kaltim, yang merupakan Abi saya sendiri, masih, dan adalah orang baik --itu adalah fakta yang bagi saya tetap tidak berubah. Tapi, menjadi orang baik saja tidak cukup. Orang baik juga harus mempunyai pemahaman yang baik.
Pada akhirnya, kritikan adalah cara terbaik saya untuk menyampaikan rasa cinta saya yang besar kepada Abi saya. Dalam sebuah kritik, ada sebuah hal yang esensial untuk sebuah rasa cinta, yaitu kejujuran. Pada akhirnya, dengan ini saya tegas peringatkan dan nyatakan; selesaikan masalah lubang tambang di Kaltim!
Itu tadi isi lengkap dari surat terbuka Fatih pada ayahnya soal longsor Tambang Emas Sangasanga. Walau anak Wagub, Fatih tak segan mengirimkan kritikan langsung pada sang ayah terkait masalah tersebut. Semoga surat terbuka Fatih bisa membuka mata pejabat-pejabat Pemprov Kaltim dan juga penguasa lainnya ya, guys. Supaya tidak ada lagi korban berjatuhan sebab longsor di penambangan emas seluruh Indonesia.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News