5 Fakta Piring Pelepah Pinang, Kerajinan Khas Jambi yang Viral

5 Fakta Piring Pelepah Pinang, Kerajinan Khas Jambi yang Viral - GenPI.co
Piring Pelepah Pinang. Foto: KKI Warsi

Untuk membuat piring, pelepah pinang yang baru jatuh sekitar satu-dua hari diambil, lalu dicuci dengan sabun pencuci piring yang aman untuk bahan makanan, dijemur selama kurang lebih 3 – 4 jam.

Setelah pelepah kering, piring dicetak dengan alat mesin molding hot press dengan suhu 120 derajat celcius. Satu menit kemudian, piring sudah siap digunakan. 

Dalam proses pembuatannya, perajin tidak menggunakan bahan kimia sama sekali. Piringnya pun lebih kokoh daripada piring kertas, karena pelepah pinang memang tebal dan berlapis lilin. Pengeringannya mengandalkan sinar matahari.

BACA JUGA:  Awas! Pesawat Pertamina Cari Potensi Hidrokarbon di Jambi

2. Bisa dipakai ulang

Konsep piring ini memang bukan satu kali pakai. Artinya, konsumen bisa menggunakannya berulang hingga maksimal 8 kali. Karena itu, piring pelepah pinang bisa menggeser posisi styrofoam. 

BACA JUGA:  Perayaan Waisak di Jambi, Lele dan Kura-kura Dilepasliar ke Danau

“Namun, hal ini juga tergantung pada proses pencucian. Kalau piring direndam, kemungkinan besar serat piring akan melunak, karena air masuk ke celah-celah piring, sehingga ia tidak lagi kokoh. Lebih baik dibasuh menggunakan air, tanpa direndam dahulu. Juga tidak perlu digosok terlalu keras dengan sabun,” kata Ayu, memberikan tip mencuci. 

Tidak hanya bisa digunakan untuk makanan yang kering, misalnya gorengan, kekuatan piring pelepah pinang juga serupa dengan styrofoam, yaitu bisa untuk menyajikan makanan berkuah yang panas, seperti bakso. Karena kokoh, piring atau mangkuk pelepah tidak akan mudah sobek. 

3. Harga terjangkau

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya