
Setidaknya, di tengah gempuran media online atau daring dan teknologi, potret tersebut masih dijumpai hari ini. Walau konon tak sepadat dulu, masih ada kesibukan sejak pukul empat dinihari di tempat ini.
Mamay, penjual kopi dan gorengan di kawasan ini mengenang keriuhan tersebut. Hampir 30 tahun, wanita yang tinggal di Jalan Pangarang ini berjualan di Cikapundung.
"Segini mah sepi banget atuh. Enggak sampai 10 kali lipatnya (dulu suasananya sangat ramai)," ungkap Mamay sembari melayani pembeli di lapaknya, Rabu (9/2/2022).
BACA JUGA: Timnas Indonesia Mengerikan, Media Vietnam Jengkel dan Ketakutan
Sipenmaru atau Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru yang kini dikenal dengan SNMPTN atau SBMPTN adalah momentum yang tidak terlupakan buat Mamay. Saat itu, mahasiswa yang mendaftar ke perguruan tinggi negeri sudah mengantre sejak pukul 11 malam.
"Kalau sekarang sih enggak tahu itu diumuminnya di mana," ucap wanita yang sampai sekarang mengaku tak menggunakan gawai tersebut.
BACA JUGA: HPN 2022, Muhammadiyah: Media Adalah Cermin Peradaban Bangsa
Kenangan yang diakui Mamay sudah punah ialah kehadiran surat kabar edisi sore. Dua puluh tahun lalu, suasana di Cikapundung bahkan masih ramai hingga sore hari.
Agen koran biasanya akan mendapat kiriman koran sore dari beberapa media cetak yang mengeluarkannya.
BACA JUGA: HPN 2022, M Nuh Dorong Media Eksplorasi Metaverse
Aktivitas di kawasan ini diakui Mamay sangat menguntungkan bagi usaha yang dijalankannya. Para loper koran, pemilik agen, hingga pembeli koran biasanya akan mampir dan jajan di lapak Mamay.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News