
Selanjutnya, setelah Maelo Jalur dilakukan, para peserta prosesi makan bersama. Lokasi makan tidak jauh dari tempat prosesi, biasanya di atas bawah pohon rindang. “Santapan yang dihidangkan adalah konji borayak yang dibungkus dengan daun pisang,” tambah Indra.
Pada masa dulu, lanjut Indra, aktivitas Maelo Jalur ini diikuti oleh hampir seluruh penduduk kampung. Mereka bergotong royong menjalin rasa kekompakan dan kebersamaan. Dengan kekuatan dan kebersamaan kayu jalur bisa sampai ke kampung. Kegiatan sudah menjadi tradisi ditunggu-tunggu oleh masyarakat, terutama para pemuda dan pemudi Kuansing.
“Dalam prosesi ini seluruh anak muda masih bujang maupun gadis hanyut dalam riuh maelo jalur. Aktivitas ini juga kadang-kadang digunakan sebagai ajang mencari jodoh. Muda dan mudi saling berkenalan dan akrab. Biasanya benih-benih cinta muda dan mudi akan lahir ketika maelo jalur dilakukan,” tutur Indra.
Setelah prosesi menarik jalur selesai, selanjutnya kayu bulat itu dibuat menjadi jalur atau perahu sampan yang bisa muat 60 pendayung. Yang membuat adalah 1 orang professional diampingi 5 orang asisten. Proses produksi memakan waktu 1 hingga 2 bulan. Sementara biaya pembuatannya mencapai 75 juta rupiah.
Tahun ini, prosesi Maelo Jalur diselenggarakan sehari jelang lomba pacu jalur. Yang menarik, posesi ini disaksikan oleh Menteri Pariwisata Republik Indonesia, Arief Yahya. Hadir pula Gubernur Riau, H Syamsuar, serta Wakil Gubernur Riau, Edy Natar Nasution serta Wakul Bupati Kuansing H. Halim.
Simak video pilihan redaksi berikut ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News