Nama lokal Aseng di situ adalah ''Ji'', singkatan dari ''Haji''. Mereka tahu Tjin Seng itu Islam. Sudah haji. Rajin salat. Suka membantu masjid.
Kami parkir di seberang masjid besar yang modern itu. Yakni satu lokasi parkir di pinggir sungai Mahakam. Sebuah speed boat sudah menunggu di dermaga dekat lapangan parkir.
Banyak sekali mobil yang diparkir di situ. Hampir 100 persen Pajero Sport. Banyak pula mobil yang bermalam. Atau beberapa malam. Mobil itu ditinggal begitu saja.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Penembakan AS: Dokter Pasien
Pemiliknya ganti kendaraan dengan speed boat. Parkir itu gratis. Biar pun satu minggu. Ada kotak amal di halaman masjid. Silakan memasukkan uang berapa pun ke kotak itu. Tidak ada yang melihat nilainya.
Saya pun naik speed boat itu. Bermesin tunggal, Yamaha 200 PK. Wajib pakai pelampung.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Tangis Mama
Logistik lengkap. Ada bensin cadangan untuk mesin speed boat. Ada juga logistik cadangan untuk perut dan kerongkongan.
Kami akan berada di speed boat empat jam lamanya. Dari dermaga di tepian Mahakam itu kami meluncur mencari muara Sungai Belayan. Melewati bawah jembatan Liang yang melengkung gagah.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Ganjar Pranowo: Munaslub Kendaraan
Juga sudah dicat merah. Speed boat kami terus ke arah hilir. Di Kaltim tidak ada istilah utara-selatan-timur-barat. Yang ada: ke arah hilir-hulu-darat dan laut.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News