Soal Kekerasan Seksual di Pesantren, Sosiolog UI Angkat Bicara

Soal Kekerasan Seksual di Pesantren, Sosiolog UI Angkat Bicara - GenPI.co
Sosiolog Universitas Indonesia (FISIP UI), Dr. Ida Ruwaida (ANTARA/Foto: Humas UI)

Pertama, kultur atau tradisi pesantren yang paternalistik. Budaya atau tradisi pesantren cenderung menempatkan sang kiai atau tokoh sebagai figur sentral, rujukan, bahkan role model.

Kepatuhan pada kiai menjadi bagian yang ditanamkan, sehingga bersikap kritis akan dianggap menyimpang hingga diyakini menjadi sumber dosa.

Kedua, adanya anggapan bahwa kekerasan adalah bagian dari media pembelajaran.

BACA JUGA:  Kasus Penganiayaan di Ponpes Gontor Berbuntut Panjang, Muhammadiyah Buka Suara

Sebagian pesantren menggunakan kekerasan sebagai bentuk hukuman bagi para santri yang melanggar aturan. Tujuan penghukuman adalah agar para pelanggar merasa jera.

Ketiga, yang memicu terjadinya kekerasan di pesantren adalah dilema antara rasa solidaritas warga pesantren dengan literasi kemanusiaan.

BACA JUGA:  Kasus Penganiayaan di Ponpes Gontor Berbuntut Panjang, Gus Yaqut Akhirnya Bersuara

Solidaritas sering kali dimaknai sebagai membela atau mendiamkan kawan meskipun salah bersikap dan berperilaku, termasuk pada pelaku kekerasan.

Keempat, setiap santri memiliki latar belakang sosial ekonomi, wilayah tinggal, watak dan karakter, serta latar budaya yang beragam.

BACA JUGA:  Rekaman CCTV Kasus Penganiayaan di Ponpes Gontor Terkuak, Ini Buktinya

"Mendidik dan mengasuh santri dengan latar belakang berbeda tentu menjadi tantangan tersendiri," katanya. (antara)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya