BEM SI Kerakyatan Sebut Jokowi Sudah Mengkhianati Rakyat

BEM SI Kerakyatan Sebut Jokowi Sudah Mengkhianati Rakyat - GenPI.co
BEM SI Kerakyatan Sebut Jokowi Sudah Mengkhianati Rakyat. Foto: Ferry/GenPI.co

GenPI.co - Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) Kerakyatan menyatakan pemerintahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo alias Jokowi telah mengkhianati rakyat.

Koordinator Pusat BEM SI Abdul Kholiq mengatakan demonstrasi pada 30 September 2022 di Jakarta yang bertajuk Puncak Pengkhianatan Rezim menjadi momentum bagi pihaknya untuk melakukan pergerakan.

Dia menyebut aksi itu dipicu sikap pemerintah yang tak menggubris gerakan atau demonstrasi sebelumnya.

BACA JUGA:  Polisi Amankan Penyusup Aksi Demonstrasi di Tengah Massa BEM SI, Lihat Nih Wajahnya

"Oleh karena itu, kami perlu mengumpulkan semangat menjadi berlipat ganda sampai akhirnya mencapai Puncak Pengkhianatan Rezim sebagai tanda kedaruratan untuk melawan pemerintah yang berkhianat terhadap rakyatnya," tutur dia di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Jumat (30/9).

Sementara itu, Abdul kemudian mengumumkan pernyataan sikap dari demonstrasi yang dilakukan pada Jumat (30/9). Dia mengatakan pihaknya mengundang Presiden Jokowi hadir pada sidang rakyat 20 Oktober 2022 di Jakarta.

BACA JUGA:  BEM SI Kerakyatan Demo di Patung Kuda, Sampaikan 6 Tuntutan Ini

"Poin kedua, yaitu menuntut pemerintah memprioritaskan penggunaan APBN untuk kepentingan rakyat, seperti program subsidi BBM, dibandingkan proyek strategis nasional yang minim urgensi," ungkapnya.

Abdul mendesak pemerintah agar menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat masa lalu.

BACA JUGA:  Massa BEM SI Teriak-teriak Mau Bertemu Puan Maharani di Depan Gedung DPR RI

Dia kemudian mengungkapkan poin keempat, yakni menolak pengadaan infrastruktur yang membuka lahan masyarakat secara tak adil.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya
Maraton Pilpres - JPNN.com

Maraton Pilpres

Sial kita saja: kalau semua pelanggaran etika dan hukum itu mereka lakukan ternyata kepentingan umumnya tetap nol. Kemajuan bangsanya tidak nyata.