
Menjadi kapolda Jatim bagi Tedy ibarat ''pulang kampung''. Ayahnya, Madura. Ibunya, Tionghoa muslim, tinggal di Pasuruan.
Hanya saja ia lahir di Sulawesi Utara. Yakni saat orang tuanya merantau ke sana. Itulah sebabnya ada ''Minahasa Putra'' di bagian belakang namanya.
Saya sempat mengamatinya saat ia jadi kapolda Sumbar. Ia berhasil menangani gejolak besar tambang emas liar di sana. Kemampuan komunikasinya sangat baik.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Tragedi Kanjuruhan: Horeeee FIFA
Setelah terjadi peristiwa Sambo, ia mengadakan apel di Polda Sumbar. Ia mewanti-wanti anak buahnya.
"Berhati-hatilah melaksanakan tugas. Jangan gegabah. Jangan pamrih. Kalau ingin kaya jangan jadi polisi. Polisi itu pengabdian," katanya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Pengusaha: JohnAnglo Bro
"Kerjalah dengan baik. Jangan berorientasi cari duit di sini. Asal kerja dengan baik rezeki itu mengikuti," katanya.
"Jangan lagi ada yang jadi backing kejahatan, backing tokoh di balik peristiwa kejahatan. Masih banyak lahan lain yang lebih halal dan mulia. Yang lebih terhormat. Yang tidak merendahkan martabat Polri," katanya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Tragedi di Malang: Loket Kanjuruhan
"Maka saya nyatakan perang terhadap judi," tegasnya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News