
GenPI.co - Kemarin ada demo lagi di Malang. Temanya sama dengan dua demo sebelumnya: usut tuntas. Yang harus diusut adalah peristiwa 01-10-22: tragedi Stadion Kanjuruhan. Terakhir, 135 orang meninggal dunia.
Para pedemo umumnya berpakaian hitam-hitam. Membawa keranda hitam. Juga poster-poster warna hitam. Tulisannya yang putih: usut tuntas.
Mereka berjalan dari Stadion Gajayana menuju Balai Kota Malang. Sepanjang jalan suasananya duka: mereka mengalunkan tahlil berlagu, seperti umumnya iringan pelayat menuju kuburan. Keranda hitam dan lima mayat putih dipikul di bagian depan iring-iringan itu.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal PM Inggris Rishi Sunak: Karakter Kepercayaan
"Apanya yang harus diusut tuntas? Kan polisi sudah metetapkan tersangka? Sampai 6 orang?" tanya saya.
"Masih ada yang harus bertanggung jawab lagi. Yakni ketua umum PSSI," ujar seorang Aremania.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Sejarah Semen Padang: Semen Drum
"Setidaknya harus mengundurkan diri," tambahnya.
Oh... Maksudnya begitu. Tidak hanya demo yang berlanjut. Corat-coret di pagar-pagar dan tembok kian banyak. Di seluruh kota. Terutama di dekat-dekat kantor polisi.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Politik Tiongkok: Dari Li ke Li
Kian hari kian meluas. Bunyinya mirip-mirip: usut tuntas. Ditambah kata ACAB di sana-sini. Demo Aremania ini berbeda dengan demo ormas atau buruh.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News