
"Beberapa fasilitas dan alat harus terpaksa kami jual karena untuk memenuhi kebutuhan warga kami. Selain itu, semua yang kami lakukan hingga saat ini dilakukan secara otodidak. Sebab, tak semua SDM kami berasal dari lulusan pariwisata dan kebanyakan lulusan sarjana kami bekerja di daerah lain," paparnya.
Oleh karena itu, Made meminta bantuan kepada otoritas terkait untuk membantu desanya untuk berkembang menjadi desa wisata mandiri.
Pasalnya, Made menilai Desa Wanagiri memiliki potensi besar untuk menjadi desa wisata mandiri yang menjunjung tinggi ekowisata, mulai dari wisata budaya, tourism healing, hingga wisata alam.
BACA JUGA: Unggul di 3 Bidang Ilmu, UI Jadi Universitas Terbaik di Indonesia
“Kami saat ini ada penglukatan (self-purification/penyucian diri), yoga, tracking, dan wisata swafoto. Saat ini juga sudah ada tiga air terjun, yaitu Banyumala, Pucakmanik, Banyu Wana Amertha. Sangat luar biasa potensi yang kami kembangkan,” tuturnya.
Lebih lanjut, Made mengatakan bahwa digitalisasi saat ini banyak membantu pihaknya untuk mengembangkan Desa Wanagiri sebagai desa wisata.
BACA JUGA: Komunitas Land Cruiser Buleleng ikut Kembangkan Pariwisata
Sayangnya, hal itu pun belum memberikan hasil yang maksimal. Made pun berharap kehadiran Universitas Indonesia di sini bisa membantu kendala kami, termasuk dalam promosi destinasi wisata di Desa Wanagiri.
“Selain itu, memberi bantuan informasi perihal bagaimana kami bisa melakukan ini dengan hasil yang juga bisa dinikmati generasi kami selanjutnya. Sebab, ada persaingan pasar yang sulit, tetapi kami punya potensi yang luar biasa,” paparnya.
BACA JUGA: Aruna Luncurkan Kampung Wisata dan Budidaya A Lobster Farm di Bali
Tim Pengmas UI Desa Wanagiri berasal dari Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI) yang diketuai Dr Herdis Herdiansyah. Kegiatan ini dibiayai oleh Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Indonesia.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News