Catatan Dahlan Iskan soal Bayu Skak: Arek Kesel

Catatan Dahlan Iskan soal Bayu Skak: Arek Kesel - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

GenPI.co - Untung ketika itu Universitas Negeri Malang membuka jurusan animasi.

"Saya mahasiswa pertama ketika jurusan itu dibuka," ujar anak muda yang Anda sudah kenal ini: Bayu Skak.

Saya satu pesawat dengan Bayu Selasa sore kemarin. Lagi sama-sama kesel: pesawat jurusan Juanda-Halim ini delay dua jam. Kami sudah di dalam pesawat. Tapi tidak kunjung ada tanda berangkat. Akhirnya kami tahu kenapa.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Dokter Spesialis: Tuhan Uang

"Cuaca di Halim lagi buruk. Jarak pandang terbatas. Kami diminta jangan terbang dulu," ujar pengumuman dari kapten pilot.

Lega. Hanya perlu menunggu cuaca membaik. Saya pun pindah ke kursi kosong di sebelah Bayu. Bisa buang waktu sambil ngobrol. Sekalian saya bisa menulis tentang anak muda hebat ini.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Juara Kopi

Kebetulan saya dan ia satu ideologi: pro-otonomi dan pro desentralisasi. Bayu ternyata tipe anak yang teguh: film buatannya harus pakai bahasa Jawa. Krunya pun harus setidaknya 50 persen orang lokal.

Pemain filmnya lebih gila lagi: harus 90 persen orang setempat. Yang dimaksud orang lokal adalah Jatim. Terutama Surabaya. Lebih utama lagi adalah Malang: kota kelahirannya.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Pelabuhan Baru Kalbar: Merencanakan Nasib

Bayu menolak keinginan investor agar yang main film adalah pegiat medsos tertentu. Yakni yang punya follower minimal 10.000. Bayu berprinsip siapa pun bisa jadi pelakon: yang penting kualitas aktingnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya